Dua Mahasiswi UII Ciptakan Prototipe Kenali Makanan Halal-Haram di Norwegia

USN
Ahmad Luthfi, Adinda, dan Isna saat memberikan keterangan kepada wartawan secara virtual, Kamis (3/8/2023). (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Kesulitan dalam berbahasa Norwegia ternyata tidak menjadi penghambat untuk berkreasi menciptakan sebuah aplikasi yang bermanfaat bagi orang lain. Aplikasi yang masih berujud prototipe menggunakan Figma bisa membantu orang, khususnya muslim yang baru datang di Norwegia untuk mengenali makanan halal dan haram.

Itulah karya dua mahasiswi Program Studi Magister Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) yang mengikuti Student Exchange di University of South-Eastern Norway (USN) Hønefoss, Norwegia. Mereka adalah Adinda Meutia dan Isna Khoirunnisa yang belajar satu semester di USN Norwegia, Januari- Juni 2023.

Bacaan Lainnya

Dijelaskan Adinda Meutia, membuat aplikasi tersebut merupakan tugas mata kuliah dan tugas kelompok. Dosen meminta membuat prototipe aplikasi yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi orang lain. Ide tersebut muncul dari kesulitan yang dihadapinya saat berbelanja di super market.

“Saat itu, kita baru satu atau dua minggu di Norwegia. Kita belum familiar dengan bahasanya. Waktu itu, mau mencari mentega tidak tahu. Susu, yogurt itu kemasannya sama kotak. Kemudian muncul ide untuk mencari tahu susu kemasannya seperti apa, yogurt cirinya seperti apa,” kata Adinda dan Isna yang didampingi Dr Ahmad Luthfi, S Kom, M Kom, Manajer Administrasi Keilmuan Magiter Informatika FTI UII kepada wartawan secara virtual, Kamis (3/8/2023).

Selain itu, Adinda menjelaskan makanan apa saja yang mengandung alkohol, babi dan bahan-bahan makanan haram lainnya. Label makanan di sana semua menggunakan Bahasa Norwegia, Adinda dan Isna belum familiar. “Namun setelah beberapa bulan jadi tahu tentang bahasa Norwegia dan jenis-jenis makanan,” katanya.

Figma, jelas Adinda, suatu aplikasi berbasis website. Aplikasi ini dapat membantu klien untuk mendapatkan informasi tentang makanan dengan label Bahasa Norwegia dan dilengkapi dengan visualnya. “Prototipe ini cukup membantu. Memang waktu itu tidak diminta sampai akhir, hanya prototipe,” kata Adinda.

Adinda menambahkan di Norwegia, label halal haram itu hanya pada pangan segar seperti daging. Sedang makanan lain mereka belum mencantumkannya. Sehingga sebagai konsumen yang harus memperhatikan kandungan makanan. “Setelah kita jelaskan ada kondisi halal dan haram bagi muslim sehingga perlu hati-hati dalam memilih makanan. Usulan kami langsung diterima oleh dosen. O ya, itu bisa bermanfaat,” kata Adinda.

Selama di Norwegia, kedua mahasiswi konsentrasi Forensika Digital ini masuk ke Program Studi (Prodi) Science of Management Information System (MIS), Department Business and Information Technology, USN. Mereka berhasil menyelesaikan empat mata kuliah yaitu Management Engine Project, Business Analytic, Theoritical Digital Information, dan Reseach Method. (*)