Dosen UII dan UNU Berkolaborasi Dorong Pengusaha Batik Miliki HaKI

HaKI
Sakdiyah memperlihatkan motif batik Wonosobo kepada Rifqi Syarif Nasrulloh (tengah) dan Muchammad Sugarindra. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Dosen Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta melakukan kolaborasi Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), Sabtu (24/12/2022). Mereka mendorong dan mendampingi pengusaha di Desa Tawangsari, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah untuk mengurus Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) Batik.

Kedua dosen adalah Ir Muchammad Sugarindra ST, MT IPM, Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII dan Rifqi Syarif Nasrulloh SE, MM, Dosen UNU Yogyakarta. Mereka dibantu mahasiswa dari kedua perguruan tinggi.

Bacaan Lainnya

Dijelaskan Sugarindra, PKM merupakan salah satu kewajiban dosen yang terangkum dalam Tri Dharma Dosen. Kegiatan ini merupakan wujud implementasi keilmuan civitas akademik pada dunia industri di masyarakat. 

“Pengabdian kepada masyarakat ini mendampingi pengrajin batik di Desa Tawangsari, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah tentang pentingnya legalitas Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) untuk melindungi karya para pengrajin batik,” kata Sugarinda.

Kegiatan ini, tambah Sugarinda, bertujuan mengedukasi pengrajin batik dan pendampingan pembuatan serta merencanakan filosofi motif & merek. Sehingga batik Wonosobo dapat memiliki nilai jual yang tinggi berdasarkan ide yang ditemukan para pengrajin. 

“Program pendampingan HaKI ini dilakukan secara bertahap untuk memfasilitasi pelaku UMKM klaster batik yang bergerak di Kabupaten Wonosobo untuk mendaftarkan hasil karyanya hingga terbit HaKI berupa motif dengan kearifan lokal khas Wonosobo,” kata Sugarinda.

Sugarinda berharap jangan sampai hasil karya asli pengrajin batik Wonosobo diakui orang lain atau diperjualbelikan pihak tidak bertanggung jawab yang dapat merugikan pengrajin batik. Batik asli Kabupaten Wonosobo ini memiliki potensi pasar yang tinggi, sehingga alangkah baiknya apabila dalam pengembangannya dapat lebih dioptimalkan dengan melengkapi katalog yang berisi filosofi dari karyanya. “‘Carica‘ menjadi motif batik yang sangat khas bagi pengrajin batik di Wonosobo,” katanya. 

Sedang Rifqi Syarif Nasrulloh mengatakan sangat menarik apabila para seniman batik memiliki catalog yang berisi filosofi dari masing-masing motif batik yang mereka buat. Sehingga ketika pameran berlangsung, orang yang datang tinggal membuka katalognya saja.

HaKI, tambah Rifqi, bertujuan untuk menghargai usaha dari jerih payah para seniman batik untuk melegalkan karyanya agar menjadi benda berharga dan memiliki nilai jual tinggi. “Hal-hal yang berkaitan dengan merk dan hak cipta motif dapat ditinjau dari kesiapan bisnisnya,” kata Rifqi. 

Sementara Sakdiyah, Ketua Paguyuban Batik Abhirama menyambut baik kegiatan pengabdian kepad masyarakat dosen UII dan UNU Yogyakarta ini. Setelah mengikuti kegiatan ini, ia menjadi tahu tentang pentingnya HaKI pada merek dan motif batik yang harus didaftarkan.

“Kami sangat senang dan berharap kegiatan serupa ini bisa berlangsung dan menghasilkan HaKI untuk motif batik kami. Kami menunggu kegiatan fasilitasi selanjutnya berupa pembuatan katalog untuk motif batik khas Wonosobo. Kami berharap pembuatan katalog ini bisa merangkul seluruh pengrajin batik yang mempunyai motif khas Wonosobo, sehingga karya kami bisa terdokumentasi dengan baik,” harap Sakdiyah. (*)