Bakor PKP, KPDJ, dan SNKP Sambut Jamaah Wisata Dakwah Jakarta 2023

Ahad Pagi
Jamaah Pengajian Ahad Pagi dan Pengurus Bakor PKP, KPDJ, SNKP foto bersama di Anjungan DIY TMII Jakarta. (foto : istimewa)

KULONPROGO, JOGPAPER.NET — Jamaah Pengajian Ahad Pagi, Gedung Kaca Wates, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan Wisata Dakwah Jakarta 2023. Jamaah Kajian Ahad Pagi melakukan Wisata Dakwah di Jakarta dengan menikmati sholat malam di Masjid Istiqlal dan jalan-jalan di Kota Tua.

Sabtu (18/2/2023) siang, Jamaah Pengajian Ahad Pagi menghadiri pengajian bersama Songsong Ramadhan 1444 H dengan Pengurus Badan Koordinasi Paguyuban Kulon Progo (Bakor PKP), Kulon Progo Di Jakarta (KPDJ) dan Sahabat Ngopi Kulon Progo (SNKP) di Anjungan DIY Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Pengajian Bersama yang dipandu Ir Sukardi (Ketua I Bakor PKP), dihadiri Suyatno (senior KPDJ), dan Sutomo (pengurus SNKP).

Bacaan Lainnya

H Asnawi, Ketua Pengurus Pengajian Ahad Pagi mengatakan sebuah kehormatan luar biasa mendapat sambutan hangat saudara-saudara Kulonprogo yang merantau di Jakarta yang tergabung dalam Bakor PKP, KPDJ dan SNKP. ” Suasana hangat pertemuan hari ini akan kami bawa kembali ke Kulonprogo sebagai kenangan yang sangat indah dan penuh hikmah,” kata H Asnawi.

Lebih lanjut, Asnawi menyampaikan sekilas tentang sejarah terbentuknya Pengajian Ahad Pagi. Pengajian Ahad Pagi diresmikan pada tanggal 21 Desember 1991 M/1411 H oleh Bupati Kulonprogo Drs H Suratidjo, dengan penceramah perdana KH Haifani Hilal. KH Haifani Hilal adalah tokoh Muhammadiyah Yogyakarta, cucu KH Ahmad Dahlan, sang pendiri persyarikatan Muhammadiyah.

Seharusnya, kata Asnawi, penceramah perdana akan diisi oleh Kiai Haji Abdur Rozak Fachruddin atau KH AR Fachrudin, atau akrab disapa Pak AR yang berasal dari Bleberan, Brosot, Galur, Kulonprogo. Namun Pak AR yang juga pemegang rekor paling lama memimpin Muhammadiyah selama 22
tahun (1968-1990) itu berhalangan hadir, sehingga penceramah digantikan KH Haifani Hilal.

“Pengajian yang diresmikan pada pekan pertama bulan Ramadhan 1411 H tersebut, tidak lepas dari peran sahabat dan saudara kami, yang pada hari ini beliau juga hadir di antara kita. Beliau adalah prov. Agus Triantara. Prov bukan profesor, melainkan provokator,” jelas Asnawi yang disambut gelak tawa hadirin.

Asnawi juga melaporkan kegiatan pengajian Ahad Pagi sudah berkembang tidak hanya di pengajian saja. Tetapi kegiatannya juga merambah pemberian bantuan atau santunan ke panti asuhan di Kulonprogo, bantuan pembangunan masjid, bantuan bedah rumah, wisata dakwah seperti saat ini, penyelenggaraan pengajian bagi para mualaf yang tergabung dalam Keluarga Besar Muallaf Kulonprogo (KB Muallafku) dan sebagainya.

Sedang Ustadz Drs H Agus Riyanto, MPd, Ketua Umum Bakor PKP menyampaikan tausiah tentang persiapan menyong Ramadhan 1444 H. Ustadz Agus Riyanto mengharapkan agar jamaah melaksanakan ibadah puasa dengan ikhlas.

“Orang yang ikhlas inilah yang paling ditakuti oleh iblis laknatullah. Maka nanti bapak dan ibu dalam rangka menjalankan saum Ramadhan, harus dijalankan dengan ikhlas. Dan harus berlomba dalam kebajikan, atau fastabiqul khairot !!”, kata Ustadz Agus Riyanto.

Sementara Sekretaris Bakor PKP, Agus Triantara mengucapkan terima kasih kepada Jamaah Pengajian Ahad Pagi yang aktif dan setia melestarikan pengajian. “Tanpa terasa ternyata Pengajian Ahad Pagi sudah berjalan selama 32 tahun. Subhanallah … !” kata Agus Triantara.

Lebih lanjut Agus Triantara mengisahkan Pengajian Ahad Pagi lahir di tengah keprihatinannya menyaksikan ulama-ulama besar Kulonprogo satu persatu bergururan. Sedang kader-kader muda belum muncul. Kulonprogo ibarat lahan gersang (kekurangan cerdik pandai) yang berdampingan dengan Kota Yogyakarta (berlimpah cerdik pandai) sebagai waduk atau danau yang berlimpah air.

Menurut Agus Triantara, Yogyakarta sebagai pusat peradaban, berlimpah tokoh-tokoh mubaligh, ulama dari berbagai golongan dan kalangan. “Dari kondisi yang memprihatinkan seperti itu, kami berfikir bagaimana bisa mengalirkan air itu secara terus menerus dari Yogyakarta ke Kulonprogo, tanpa harus tersendat-sendat karena harus membentuk kepanitiaan, mengedarkan sumbangan, belum lagi keterbatasan biaya, tenaga, dan sebagainya,” kata Agus.

Agus yang saat itu menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Wates Utara dan Asnawi sebagai pengurus Muhammadiyah Wates Utara bersama H Suja’i, Ketua Muhammadiyah Wates Utara dan didampingi Drs H Wakiyo, Kepala Kantor Departemen Agama Kulonprogo, sekaligus Ketua PHBI Kulonprogo menghadap Bupati Drs Suratijo meminta izin untuk menduplikasi Pengajian PDHI Yogyakarta yang diselenggarakan rutin setiap Rabu pukul 06.00-07.00 teng. Juga belajar dari pengajian Jumat pagi di SMP Muhammadiyah Salaman Magelang yang diselenggarakan setiap pukul 06.00 – 07.00 teng.

“Dampak pengajian itu sangat bagus bagi kegiatan ekonomi masyarakat sekitar, mulai dari angkutan, lapak-lapak pedagang, sampai tentu saja kesehatan masyarakat karena harus bangun pagi dan bergerak menuju lokasi pengajian”, kata Agus mengisahkan pengalamannya membidani Pengajian Ahad Pagi.

Pengajian Ahad Pagi, kata Agus, didesain sebagai ajang untuk menampilkan ulama/mubaligh berlatar belakang Muhammadiyah, NU, birokrat dan akademisi secara bergiliran. Pengajian Ahad Pagi di Gedung Kaca Wates berjalan lancar setiap Ahad.

“Tidak lama kemudian, pola pengajian 1 jam tepat, tidak kurang dan tidak lebih dari pukul 06.00-07.00, mulai diduplikasi di Darul Ulum Brosot. Kemudian dengan berjalannya waktu, kini banyak pengajian Ahad Pagi di banyak tempat di Kulonprogo,” tambah Agus. (*)