Rektor UII : Mahasiswa Baru harus Menyiapkan Diri sebagai Warga Global

Rektor UII mengenakan jas almamater kepada mahasiswa baru di Lapangan Utara Gedung Olahraga (GOR) Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kampus Terpadu UII, Selasa (2/9/2025). (foto : heri purwata)
Rektor UII mengenakan jas almamater kepada mahasiswa baru di Lapangan Utara Gedung Olahraga (GOR) Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kampus Terpadu UII, Selasa (2/9/2025). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid mengharapkan agar mahasiswa menyiapkan diri sebagai warga global. UII bukan sekadar ruang untuk menimba ilmu akademik. Tetapi UII merupakan taman luas tempat mahasiswa menyemai nilai agama, menumbuhkan kepedulian sosial, mengasah kepemimpinan, dan merayakan keragaman.

Rektor UII mengungkapkan hal tersebut pada Kuliah Perdana Universitas Islam Indonesia Tahun Akademik 2025/2026 di Lapangan Utara Gedung Olahraga (GOR) Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kampus Terpadu UII, Selasa (2/9/2025). Sebelum Kuliah Perdana dilakukan proses penyerahan mahasiswa baru dari orang tua yang diwakili Agus Susilo kepada Rektor UII.

Bacaan Lainnya

Selanjutnya Rektor UII mengenakan jas almamater kepada dua perwakilan mahasiswa baru Tahun Akademik 2025/2026. Kuliah Perdana diisi dua nara sumber Adib Zaidani Abdurrohman, dan Nayla Ilma Kauna.

Lebih lanjut, Fathul Wahid, mengingatkan di kelas, mahasiswa baru mungkin akan duduk berdampingan dengan kawan dari suku berbeda, negeri asing, bahkan keyakinan yang lain. Itu semua bukan tembok pemisah, melainkan jembatan penghubung. “Di UII, keberagaman adalah anugerah yang dirayakan dengan ketulusan,” kata Fathul Wahid.

Fathul Wahid menambahkan mahasiswa baru telah hidup di era digital, di mana teknologi informasi hadir dalam setiap denyut kehidupan. Apa pun disiplin ilmu yang ditekuni, teknologi akan menjadi kawan seperjalanan. Kuasailah teknologi dan jadikan teknologi sebagai alat untuk memperkuat keilmuan dan memuliakan akhlak. “Hanya dengan itu, Saudara akan tetap menonjol di tengah keramaian dunia,” tandas Fathul Wahid.

Mahasiswi baru UII mengenakan jas almamater. (foto : heri purwata)
Mahasiswi baru UII mengenakan jas almamater. (foto : heri purwata)

Mahasiswa baru, kata Fathul, juga harus menyiapkan diri menjadi warga global. Ruang pengabdian mahasiswa bukan hanya lokal atau nasional, tetapi juga dunia. Kuasai bahasa internasional, pahami keragaman budaya, dan asah kepekaan terhadap isu-isu besar: ketidakadilan sosial, krisis energi, perubahan iklim, hingga konflik antarnegara.

Kuliah, pesan Fathul Wahid, bukan sekadar menuntaskan mata kuliah. Kuliah merupakan perjalanan menjalin persahabatan. Sahabat yang ditemui di kampus ini akan menjadi simpul-simpul jaringan yang kelak mungkin terikat kembali dalam panggilan tugas dan peran masing-masing. Karena itu, Fathul berharap mahasiswa baru dapat menjaga persahabatan itu dengan kejujuran, kesetaraan, dan keadilan.

Di UII, tambah Fathul Wahid, mahasiswa tidak hanya dibekali dengan kualifikasi agar cakap menjalani profesi, tetapi juga dibentuk karakternya agar siap menjadi bagian masyarakat yang peduli dan bertanggung jawab. Lebih dari itu, mahasiswa juga dimerdekakan menjadi individu yang mandiri, berani mengambil keputusan, dan mampu menapaki jalan hidup dengan kebijaksanaan.

“Nilai-nilai UII, islami, mondial, unggul, intelektual, dan indonesiawi, akan menjadi kompas moral yang menuntun mahasiswa dan alumni dalam melaksanakan perjalanan hidup ke depan,” kata Fathul Wahid. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *