UII Ingin Mendirikan Sekolah Vokasi

Seminar Vokasi digelar Program Studi D3 Analisis Kimia, FMIPA UII Yogyakarta, Selasa (13/11/2018). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid, PhD menandaskan kebutuhan tenaga terampil di masa depan sangat banyak. Sehingga tidak menutup kemungkinan UII akan mengembangkan Sekolah Vokasi. Saat ini, UII memiliki empat Program Studi Vokasi atau D3 yaitu D3 Analisis Kimia, Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, dan Manajemen Perusahaan.

Fathul Wahid mengungkapkan hal tersebut ketika membuka Seminar Nasionaal Vokasi Indonesia yang di Yogyakarta, Selasa (13/11/2018). Seminar menampilkan pembicara Ir Hotma Prawoto Sulistyadi MT, IP-Md, HAKI, Ketua Pengawas Forum Pendidikan Tinggi Vokasi se Indonesia; dan Banu Sinarmala dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) Jakarta.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Fathul Wahid mengatakan Prodi D3 UII akan dijadikan sebagai Sekolah Vokasi khusus. Seminar ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk pendirian Sekolah  Vokasi.

“Kita juga akan membicarakan bentuk sekolah vokasi, penggunaan ruangan dan lain-lain dengan Yayasan. Sekolah Vokasi itu spesifik, sehingga dibutuhkan sertifikasi sesuai dengan keahliannya. Misalnya, D3 Teknik Industri, bisa di bidang logistik, industri spesifik dan lain-lain,” kata Fathul Wahid.

Di era Disrupsi, kata Fathul, pendidikan vokasi harus bisa merevitalisasi diri. Sebab saat ini, perbedaan pendidikan vokasi dan akademi sangat tipis. Ke depan, pendidikan vokasi dan akademik harus diperjelas perbedaanya, mulai dari filosofi dasar, kurikulum, cara mengajar, termasuk jalur karir lulusan.

Menurut Fathul, pendidikan vokasi bukan kelas dua, tetapi ini masalah pilihan mahasiswa yang terkait dengan karir ke depan dan lain-lain. “Mahasiswa yang memilih vokasi, merupakan pilihan sadar bahwa ia mau berkarir di bidang itu, untuk jalur yang lebih cepat dan lain-lain,” katanya.

Sementara Hotma mengatakan Pendidikan Vokasi adalah pendidikan yang berorientasi pada penerapan ilmu untuk menyelesaikan masalah secara praktis, namun sistematik dan terukur. “Pendidikan Vokasi itu menerapkan ilmu, sedangkan pendidikan akademik menekankan pengembangan ilmu,” kata Hotma.

Menurut Hotma, saat ini, pendidikan yang ada di Indonesia dinilainya sebagai kapitalisasi pendidikan. Sehingga outputnya menciptakan ketergantungan Indonesia terhadap bangsa lain yang konsep ekonominya kapitalis. Tidak terwujud kedaulatan di bidang sumber daya manusia (SDM), teknologi dan produk.

“Melalui pendidikan vokasi mampu membangun kedaulatan bangsa di bidang SDM, teknologi, dan produk,” tandas Hotma Prawoto yang juga Penasehat Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

Menurut Hotma, Sekolah Vokasi mulai berkembang tahun 1991 dengan pendirian Prodi Diploma 3 di sejumlah perguruan tinggi. Sedang UGM mulai mengembangkan Sekolah Vokasi tahun 2009.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *