Sejarah, Budaya dan Perilaku Manusia Tentukan Arah Arsitektur Modern

Arif Budi Sholihah saat menyampaikan materi pada SAKAPARI 15 - 2025. (foto : heri purwata)
Arif Budi Sholihah saat menyampaikan materi pada SAKAPARI 15 - 2025. (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Sejarah, budaya dan perilaku manusia sangat menentukan arah Arsitektur Modern. Ketiga komponen tersebut selalu menjadi landasan dalam menciptakan desain yang relevan dengan konteks zaman, menjaga kesinambungan identitas, dan memperkaya hubungan manusia dengan lingkungannya.

Hal tersebut diungkapkan Prof Ar Noor Cholis Idham, PhD, IAI, Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) pada Seminar SAKAPARI 15, Sabtu (22/2/2025). SAKAPARI 15 – 2025 mengangkat tema ‘Merancang Masa Depan: Arsitektur Berbasis Sejarah, Budaya, dan Perilaku.’

Bacaan Lainnya

“Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian acara yang dilaksanakan setiap semester untuk membahas isu-isu seputar arsitektur, perkotaan, kawasan, dan lingkungan yang telah dimulai sejak 2016,” kata Noor Cholis Idham.

SAKAPARI 15, kata Noor Cholis, menampilkan pembicara Kamil Muhammad dari Pppooolll Studio; Arif Budi Sholihah, ST, MSc, PhD dan M Galieh Gunagama, ST, MSc dari Universitas Islam Indonesia. Sedang moderator Aryo Akbar Aldiansyah, ST, MArch.

Lebih lanjut Noor Cholis menjelaskan isu-isu arsitektur yang terkait dengan sejarah, budaya, dan perilaku manusia menjadi aspek krusial dalam merancang masa depan. “Derasnya arus informasi, kemajuan teknologi, meningkatnya kebutuhan manusia, dan semakin terbatasnya sumber daya alam merupakan faktor-faktor utama yang perlu didiskusikan untuk mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan,” kata Noor Cholis.

Menurut Noor Cholis, berbagai terobosan di dunia arsitektur dan lingkungan perlu terus dilakukan agar keberlanjutan kehidupan manusia dapat dipertahankan, sesuai dengan kebutuhan dan kesejahteraan masa depan. Karena itu, kolaborasi lintas disiplin menjadi hal yang mutlak diperlukan agar konsep sharing the earth atau hidup berdampingan di bumi tetap selaras dengan prinsip kelestarian.

Seminar ilmiah ini, kata Noor Cholis, telah menarik sebanyak 101 proposal makalah dari partisipan. Rangkaian kegiatan ilmiah pada seminar ini juga ada pameran poster ilmiah yang akan
dilaksanakan di Selasar Ruang IRC Lantai 1, Gedung Moh. Natsir, FTSP UII. “Seminar ini didukung oleh berbagai mitra, di antaranya Universitas Aisyiah Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Bengkulu,” kata Noor Cholis.

Sementara Ir Wiryono Raharjo, MArch, PhD, Wakil RektorBidang Networking dan Kewirausahaan UII yang membuka SAKAPARI 15 – 2025 mengatakan pentingnya sejarah arsitek sebuah bangunan. Selama ini, Wiryono Raharjo mengaku tidak memiliki catatan sejarah bangunan di Kampus UII. Padahal dirinya sebagai salah satu anggota Tim Pembangunan Kampus UII.

“Beberapa bulan lalu saya diundang Takmir Masjid UII, Ulil Albab untuk melakukan Podcast Perdana yang berbicara tentang sejarah arsitektur Masjid Ulil Albab. Ketika itu saya agak grag-greg keder karena tidak memiliki catatan sejarah arsitektur. Padahal saya masuk dalam Tim Perencanaan Pembangunan Masjid Ulil Albab. Saya sangat menyesal. karena tidak ada catatan sejarah tentang Masjid Ulil Albab. Sehingga saya lebih banyak improvisasi,” kata Wiryono Raharjo.

Wiryono mengharapkan ke depan perlu menuliskan catatan sejarah bagaimana bangunan-bangunan itu dirancang dan dibangun pada semua bangunan di Kampus UII. “Mumpung perancang bangunan Kampus UII ini masih hidup, bisa merajut cerita bagaimana bangunan-bangunan itu dirancang. Kemudian sejarah singkat bangunan itu diletakan di halaman depan bangunan. Ini bisa menjadi edukasi publik,” kata Wiryono. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *