Ruang Publik Itu Bernama ‘Rempah Merah Nusantara’

RMN
Agus Triantara, Sekretaris Umum BAKOR PKP Jakarta. (foto : heri purwata)

REMPAH MERAH NUSANTARA, pada hari-hari terakhir ini mewarnai minimal dunia media sosial (Medsos) warga Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Menyusul Soft Opening ‘Rempah Merah Nusantara’ sebagai panggung kreasi pelajar dan mahasiswa untuk mengasah talenta di Kalurahan Kedundang, Kapanewon Temon, Kulonprogo, Sabtu-Ahad (1-2/10/2022).

Sebelumnya, ‘Rempah Merah,’ sudah menjadi percakapan sebagian kecil masyarakat Kulonprogo, terutama mereka yang berada di perantau dan jajaran pemerintah Kulonprogo. Nama itu dimunculkan Badan Koordinasi Paguyuban Kulonprogo (BAKOR PKP) Jakarta. Tepatnya pada tahun 2018, sebagai kado terindah dari BAKOR PKP pada Hari Ulang Tahun (HUT) Kulonprogo ke 68.

Bacaan Lainnya

Saat itu, BAKOR PKP merekomendasikan Tradisi Minum Rempah Merah sebagai solusi di tengah krisis ideologi dan budi pekerti kepada Pemerintah Kabupaten Kulonprogo. BAKOR PKP tidak hanya merekomendasikan saja. Tetapi juga melakukan ujicoba dua kali mengimplementasikan dengan pertimbangan bahwa Tradisi Minum Rempah Merah merupakan sesuatu yang layak dan patut digelar sebagai solusi di tengah krisis ideologi dan budi pekerti.

Pelajar bangga bisa tampil di Rempah Merah Nusantara. (foto : istimewa)

Uji coba pertama dilaksanakan di Desa Hargorejo, Kapanewon Kokap pada tangal 21 Desember 2018. Kedua di Pendapa Kapanewon Kokap. pada 2 November 2019. Namun kemudian terjadi wabah pandemi Covid-19 sehingga Tradisi Minum Rempah Merah dihentikan.

Seiring dengan perjalanan waktu, konsep Tradisi Minum Rempah Merah semakin menemukan jati dirinya dan kondisi Covid-19 sudah mereda. Kemudian sebagai pilot project dilaksanakan dilaksanakan di Kalurahan Kedundang pada Sabtu-Ahad, 1-2 Oktober 2022. Namun nama Tradisi Minum Rempah Merah diubah menjadi Rempah Merah Nusantara.

Penyelenggaraan kali ini telah menemukan jati diri dan percaya diri dengan sebutan Rempah Merah Nusantara’ disingkat RMN. Pilot project RMN ini merupakan sebuah instrumen atau alat intervensi sosial. RMN diciptakan dan dirancang sebagai ruang publik yang diperuntukkan sebagai solusi di tengah krisis ideologi dan budi pekerti.

Bak pisau yang bermata dua, RMN memiliki fungsi ganda. Pertama, RMN sebagai panggungnya pelajar dan mahasiswa untuk mengasah talenta. Kedua, RMN sebagai motor penggerak perekonomian masyarakat desa.

RMN itu laksana bangunan besar yang di dalamnya terdapat ‘ruang-ruang.’ Ada ruang untuk melestarikan budaya silaturahmi, memupuk budaya literasi, mengembangkan budaya seni dan penguatan budi pekerti atau nation and character building.

Dengan kalimat lain, ada ruang untuk mengasah talenta bagi pelajar dan mahasiswa; ada ruang untuk sosialisasi dan edukasi pembangunan; ada ruang untuk berkreasi dan berinovasi bagi generasi muda; ada ruang untuk ajang promosi dan publikasi produk-produk lokal maupun nasional. Selain itu, juga ada ruang untuk lobi-lobi dan tentu pula ada ruang untuk bertransaksi.

Berbeda dengan even-even lainnya yang hanya diselenggarakan setiap tahun sekali dan hanya di suatu titik lokasi. Namun RMN dirancang dapat digelar di banyak lokasi dan secara periodik setiap 35 hari (Bahasa Jawa – selapan) sekali.

Sebagai sarana mengasah talenta, tentu talenta pelajar dan mahasiswa itu akan semakin tajam dan berkembang. Kemudian sebagai motor penggerak ekonomi, kegiatan ini memberikan peluang untuk ajang berjualan yang bisa melipatgandakan transaksi.

UMKM menggelar dagangan di acara Rempah Merah Nusantara. (foto: istimewa)

Bangunan RMN tercipta dari spirit kemandirian, kemerdekaan dalam berfikir dan bersikap. Sebagai bentuk dari praktek pemberdayaan masyarakat, RMN dilandasi oleh kemauan bersama dan komitmen masyarakat, pemerintah dan swasta yang dipersatukan oleh semangat gotong royong.

Melalui RMN ini, kita ingin belajar dan terus belajar mempraktekkan nilai-nilai agung peradaban bangsa yang berlandaskan ideologi Pancasila dalam arti yang sesungguhnya. Kata ‘Rempah,’ ‘Merah’ dan ‘Nusantara,’ ketiganya dirakit dan dipersatukan di bumi Kulonprogo, menjadi sebuah kata majemuk yang relatif rumit.

Banyak pihak yang terkecoh ketika mencoba menafsirkan dengan perspektif dan prasangkanya sendiri. Karena “rempah merah” sebagai sebuah produk minuman berbahan rempah dan berwarana merah, hanyalah inspirasi dan bagian kecil dari bangunan ini.

Dan yang pasti, RMN siap bersolek diri, siap menjalin mitra dari berbagai penjuru negeri, dan siap diduplikasi oleh siapapun desa/kalurahan yang ingin persoalan-persoalan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat segera teratasi. ***

Penulis : Agus Triantara, Sekretaris Umum BAKOR PKP Jakarta.