Prodi Kimia UII Petik Keuntungan Kerjasama Riset Internasional

Mahasiswa Prodi Kimia FMIPA UII mendapat bimbingan dari dosen UTAR Malaysia. (foto : istimewa)

ADANYA kerjasama di bidang riset perguruan tinggi Indonesia dengan perguruan tinggi di luar negeri sangat menguntungkan. Itulah yang dirasakan Program Studi Kimia Fakultas Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (Prodi Kimia FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

Pengalaman ini diperoleh setelah lima mahasiswa Prodi Kimia FMIPA UII melakukan kerjasama riset internasional di Universiti Tunku Abdul Rahman (UTAR) Malaysia. Kelima mahasiswa adalah Lusi Sopia, Arinda Liyanita, Zahrah Nur Zakiyah, Amri Yahya, dan Umul Azizah. Mereka berada di UTAR untuk melakukan penelitian selama dua pekan, Rabu-Sabtu (11-28/1/2017).

Bacaan Lainnya

“Kita masih mengalami keterbatasan alat. Karena itu, kerjasama ditekankan pada penelitian yang alatnya tidak ada di UII atau baru dimiliki lembaga tertentu saja di Indonesia. Alat tersebut di antaranya, NMR (Nuclear Magnetic Resonance), Scanning Electron Microscope, Microwave Reactor,” kata Dr Is Fatimah SSi, MSi, Ketua Prodi Kimia FMIPA UII kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (22/2/2017).

Dijelaskan Is Fatimah, alat-alat ini jarang dimiliki perguruan tinggi Indonesia karena mahal harganya. Satu alat harganya dapat mencapai Rp 3 miliar. Padahal di UTAR, perguruan tinggi partner UII memiliki ada lima unit. “Di Indonesia baru ada di LIPI. Untuk bisa menggunakannya harus bayar dan antriannya panjang,” kata Is.

Mahasiswa Prodi Kimia FMIPA UII mendapat penjelasan dari dosen UTAR Malaysia. (foto istimewa)

Selain itu, kalau sewa menggunaan alat-alat tersebut juga besar sekali. Di UTAR bahan-bahan penelitiannya free, instrumen free. Padahal satu analisis per sample ongkosnya bisa Rp 700 ribu. Sedang satu penelitian membutuhkan 20 sample maka beaya yang harus dikeluarkan Rp 14 juta. “Itu baru satu instrumen, belum instrumen yang lain, satu penelitian bisa mencapai ratusan juta. Itu baru satu mahasiswa. Kalau lima mahasiswa tinggal mengalikan,” katanya.

Is mengaku sangat diuntungkan adanya memorandum of understanding (MoU) antara UII dan UTAR Malaysia. Sehingga mahasiswa UII mendapat fasilitas untuk melakukan penelitian di sana tanpa dipungut beaya.

Selain itu, kata Is Fatimah, dosen di sana sangat membantu mahasiswa-mahasiswa dari UII. Karena mahasiswa UII gampang menyesuaikan diri dan bisa membawa diri. Juga skill mahasiswa UII yang dikirim ke UTAR bagus sehingga trampil di bekerja laboratorium. Bahkan hasil penelitian hanya dalam waktu dua minggu sudah bisa jadi.

Cepatnya menyelesaikan penelitian, kata Is, karena mahasiswa telah dibekali ketrampilan yang harus dikerjakan. “Kalau di sini belum tahu, tidak mungkin sebuah penelitian bisa selesai dalam waktu yang relatif singkat,” tandas Is Fatimah.

Selain dapat menggunakan fasilitas yang tidak dimiliki di Indonesia, bagi mahasiswa keuntungan dari kerjasama riset adalah menambah wawasan. Sedang bagi UTAR akan mendapat nama dari publikasi bersama hasil riset di jurnal internasional. “Tidak hanya UTAR yang mendapat nama, tetapi Prodi Kimia UII juga tercantum dalam publikasi internasional tersebut. Publikasi itu milik berdua,” katanya.

Kata Is, budaya di luar negeri, kalau mengadakan riset kemudian dipublikasikan di jurnal internasional itu merupakan sesuatu yang luar biasa. Keberadaan mahasiswa UII sangat membantu dalam meningkatkan jumlah penelitian di UTAR.

Lebih lanjut Is mengatakan Prodi Kimia FMIPA UII tidak hanya bekerjasama dengan UTAR Malaysia saja. Tetapi juga melakukan kerjasama dengan Curtin University Australia. Karena letaknya cukup jauh, kerjasamanya dengan bentuk pengiriman sample. Selain Australia, UII juga kerjasama dengan Prince Songkla University (PSU) Thailand.

Ketika ditanya bagaimana pemilihan mahasiswa yang akan dikirim ke perguruan tinggi tujuan, Is mengatakan berdasarkan konteks penelitian. Apakah ada kesamaan antara penelitian mahasiswa dengan perguruan tinggi yang dituju. Selain itu, juga kemampuan mahasiswa menjadi pertimbangan. “Jadi sebelum mengirim mereka, kita melihat terlebih dahulu kemampuan mahasiswa tersebut. Tidak mungkin kita akan mengirim mahasiswa yang aras-arasen,” kata Is.

Penulis : Heri Purwata

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *