Ponpes UII Terapkan Berpikir Kritis Ala Nabi Ibrahim AS

Dr Muzhoffa rAkhwan (tengah) saat menjelaskan desertasinya di Kampus PPs FIAI UII Demangan Yogyakarta, Senin (23/12/2019). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (Ponpes UII) sebagai lembaga pendidikan Islam terbukti bukan hanya mengajarkan ilmu agama dan menanamkan akhlak mulia para santrinya. Namun Ponpes UII juga memiliki tradisi dalam pengembangan berpikir kritis ala Nabi Ibrahim‘alaihissalām.

Demikian diungkapkan Dr Muzhoffar Akhwan MA, Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII dalam bedah desertasinya berjudul ‘Pengembangan Berpikir Kritis Berbasis Alquran, Studi Keteladanan Nabi Ibrahim Alaihissalâm di Pondok Pesantren UII Yogyakarta.’ Desertasi ini telah berhasil dipertahankan di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, September 2019 lalu.

Bacaan Lainnya

Bedah Desertasi dilaksanakan Program Studi Magister Ilmu Agama Islam (Prodi MIAI) dan Prodi Doktor Hukum Islam (DHI), FIAI UII, Senin (23/12/2019). Bedah desertasi ini dimaksudkan agar hasil penelitian dosen UII ini tidak hanya disimpan di perpustakaan, tetapi dapat diketahui oleh masyarakat luas.

Dijelaskan Muzhoffar, kemampuan berpikir kritis diperlukan untuk menyelesaikan masalah, dengan menggunakan argumen yang memadai dan meyakinkan. “Berpikir kritis dalam kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalām adalah metode berpikir kritis yang ideal dan perlu dijadikan teladan,” kata Muzhoffar.

Penelitian ini, jelas Muzhoffar, merupakan penelitian kualitatif, dengan pendekatan filosofis dan psikologis. Pendekatan filosofis digunakan untuk memenuhi suatu standar yang dianggap benar, dengan penalaran yang rasional dan logis. Sedangkan pendekatan psikologis bersifat deskriptif tentang proses berpikir manusia.

Ada dua jenis penelian yang digunakan untuk menyusun desertasi ini. Pertama, library research yang digunakan untuk merumuskan konsep berpikir kritis Nabi Ibrahim‘alaihissalām.

Penelitian ini menggali dari kitab-kitab Tafsîr bi ar-Ra’yi (Tafsîr bi ad-Dirâyah), yaitu kitab-kitab tafsir Alquran berdasarkan pendapat atau ijtihad akal. Ijtihad yang dimaksud adalah pengerahan seluruh daya dan usaha yang dimiliki oleh mufassir untuk menjelaskan teks-teks Alquran, mengungkap hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pelajaran-pelajaran yang dikandungnya.

Kedua, field research digunakan untuk menemukan model berpikir kritis di Pondok Pesantren UII Yogyakarta.

Hasil penelitian, pertama, model berpikir kritis Nabi Ibrahim ‘alaihissallām berbasis Alquran adalah (a) maksimalisasi daya pikir untuk memperoleh kebenaran, melalui tiga tahapan, yaitu observasi, nalar (naẓar), dan transendental. (b) Model berpikir kritis diaplikasikan pada: (1) diskusi, ḥiwâr; (2) Debat, jadal untuk memperkokoh argumen (hujjah); (3) Analogik, qiyâsiy tentang cara Allah menghidupkan orang mati dengan pertanyaan kaifa, bagaimana?

Kedua, Argumen berpikir kritis Nabi Ibrahim ‘alaihissalām dikembangkan dalam pembelajaran di Pondok Pesantren UII Yogyakarta adalah (a) ada kesesuaiannya dengan tujuan Pondok Pesantren UII, yaitu mempersiapkan seorang mujtahid rabbânîy yang memahami persoalan umat dengan benar dan mampu berijtihad. (b) Materi kuliah yang dikaji di Pondok Pesantren UII, mendukung kemampuan berpikir kritis santri, terutama mata kuliah Masâ’il Fiqhiyyah (I, II, III, dan IV).

Ketiga, Pengembangan model berpikir kritis Nabi Ibrahim ‘alaihissalām di Pondok Pesantren UII melalui pembelajaran (a) konten materi kuliah (b) pembelajaran formal di kelas dengan metode dialog; (c) pembelajaran informal, berupa kajian kitab kuning secara rutin dan (d) sharing (curah
pendapat).

Sementara menurut pembedah desertasi, Mukallam SAg, MHum, peneliti Pusat Studi Islam (PSI) UII, hasil penelitian ini menawarkan cara pandang yang menarik dalam dua transformasi penting yaitu dari teks menuju paradigma, dan dari paradigma menuju aksi. Namun bila merunut skema pemikiran Kuntowijoyo, ada satu bagian yang terlewatkan yaitu teori sosial.

“Skema pemikiran Kuntowijoyo adalah Teks – Paradigma – Teori Sosial – Aksi. Barangkali bagian tersebut akan menjadi bidang kajian karya ilmiah lain dari penyusun desertasi ini yang belum terwujud,” kata Mukallam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *