Podcast UWM Pamerkan Patung Duvrart Angelo ‘Penetrasi Media’

'Penetrasi Media' karya Duvrart Angelo di Podcast UWM Yogyakarta. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Podcast Universitas Widya Mataram (UWM) ‘Kutunggu di Pojok Ngasem’ memamerkan satu patung atau Solo Artworks Exhibition (SAE) karya seniman Yogyakarta, Duvrart Angelo. Patung yang dipamerkan berjudul ‘Penetrasi Media’ dibuat tahun 2009.

Karya berukuran 30x30x82cm ini dibuat dengan media Plat Besi, Cat Duco, PVC, Lampu Spot, Digital Printing. “Sebuah karya yang merepresentasi kekuatan menembus dan menghancurkan sebuah pemikiran, ideologi, kultur, bahkan kebenaran, bernama media massa,” kata host Puji Qomariyah yang juga Wakil Rektor III UWM, Rabu (13/7/2022).

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Puji menjelaskan karya Duvrart Angelo ini mempunyai pesan pada setiap era peradaban mengalami tahap-tahap perubahan pola hidup masyarakatnya. Pergeseran kultur ini disebabkan hal baru yang menjadi euphoria dalam masyarakat tersebut. Media massa berperan besar dengan kekuatan propaganda mempengaruhi pikiran masyarakat.

Pada tahapan berikutnya akan memproses ulang cara berfikir, ideologi, keyakinan bahkan kebenaran yang sebelumnya dianut oleh masyarakat. Sehingga sedikit demi sedikit kultur yang sedemikian terjaga dan kuatpun akan tertembus larut dalam sebuah tatanan dengan nilai-nilai estetika yang baru. Sampai saat ini proses itu masih berjalan pelan-pelan, tapi pasti.

Duvrart Angelo merupakan seniman lulusan Seni Rupa Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Tujuh patung abdi dalem, Bedjo dan Karto yang dipajang sepanjang Malioboro merupakan karyanya tahun 2018.

Karya ini sengaja dipilih untuk mengingatkan masyarakat agar sadar akan penetrasi media massa. Sebab hari-hari ini, masyarakat bisa menyaksikan bagaimana kemampuan penetrasi media massa, termasuk media sosial telah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan manusia. Bahkan tidak jarang menjungkirbalikkan nilai-norma yang ada di masyarakat.

Hal ini tentu tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan dunia berjejaring melalui internet. “Fenomena hoax pada saat bersamaan tidak diimbangi dengan literasi (analog-digital) hanya akan memunculkan pseudo sains yang justru kerap digunakan sebagai acuan oleh masyarakat. Ini juga rentan dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu untuk mengambil keuntungan dari pseudo truth tersebut,” kata Puji. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *