Model Bisnis Tentukan Keberhasilan di Industri 4.0

Zaroni saat memaparkan materi pada seminar Kolaborasi Supplay Chain di FTI UII Yogyakarta, Sabtu (28/7/2018). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — PT Pos Indonesia yang semula berbisnis pengiriman surat dan paket kini harus mencari model bisnis baru agar tetap survive. Menyusul perkembangan teknologi informasi di era Industri 4.0 sehingga surat-menyurat sudah kalah dengan smartphone.

Demikian diungkapkan Dr Zaroni, Finance Director Pos Logistics Indonesia pada seminar Kolaborasi Supply Chain Management 4.0 yang diselenggarakan Program Pascasarjana (PPs)   Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) di Yogyakarta, Sabtu (28/7/2018). Seminar juga menampilkan pembicara Muhammad Ridwan Andi Purnomo, ST, MSc, PhD, dosen Magister Teknik Industri PPs FTI UII dan M Ali Santoso, Kepala Kantor Cabang Bank Jateng di Yogyakarta.

Bacaan Lainnya

Saat ini, kata Zaroni, Pos Logistik mengembangkan jaringan Depo Logistik Nasional (DELON) yaitu jaringan terintegrasi node-link logistics, rural-urban yang ter-orkestrasi oleh state-of-art ICT. Sehingga fit pada era e-commerce untuk berbagai barang/goods, dari berbagai merchants/owners untuk berbagai model online outlet di Indonesia. “DELON memberikan layanan-layanan yang dapat membantu pengembangan bisnis pemilik produk,” kata Zaroni.

Untuk menjalankan bisnisnya, PT Pos Logistik Indonesia juga telah menjalin kerjasama dengan PT Telkom. “Pos Logistik kuat pada pengiriman barang, Sedangkan PT Telkom kuat pada finansial dan komunikasi. Sehingga bisa saling mengisi,” katanya.

M Ali Santoso menyampaikan paparannya pada seminar Kolaborasi Supplay Chain di FTI UII Yogyakarta, Sabtu (28/7/2018). (foto : heri purwata)

Sementara M Ali Santoso menjelaskan tentang model bisnis yang dikembangkan Bank Jateng. Saat ini, Bank Jateng telah melakukan evolusi dengan mengadopsi teknologi informasi untuk peningkatan pelayanan bagi nasabahnya. Kemajuan internet memaksa Bank Jateng untuk menggunakan aplikasi. “Ini merupakan tuntutan sehingga Bank Jateng tidak bisa meninggalkannya,” kata Ali Santoso.

Saat ini, kata Ali Santoso, Bank Jateng telah mengembangkan Cash Management System (CMS) bagi pemerintah kabupaten/kota se Jawa Tengah. Bahkan Bank Jateng sudah mengembangkan sayapnya ke wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Kita sudah sosialisasi ke Pemkot Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul. Pada intinya mereka tertarik untuk menerapkan CMS,” kata Ali Santoso yang menambahkan Bank Jateng juga telah mengembangkan ATM tanpa kartu dan e-money.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *