YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Sebanyak 56 mahasiswa dari delapan universitas di sembilan negara dunia, peserta Global Summer Week (GSW) 2025 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) diajak mengenal budaya Indonesia. Salah satunya, mereka diajari memanah saat Cultural and Outbound Activities di Candi Prambanan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (16/7/2025).
Bagi Sebastian Dittmer Isbye, mahasiswa Copenhagen Business School, pengalaman itu ia rasakan saat memegang busur dan mencoba memanah untuk pertama kalinya di kompleks Candi Prambanan. Pengalaman semacam ini tentu tidak bisa ia temukan di negara asalnya, Denmark.
Pengalaman saat Cultural and Outbound Activities bukan sekadar permainan, tetapi jembatan untuk lebih memahami kebudayaan Indonesia. Sebastian mengaku senang saat berkunjung ke Indonesia karena dapat belajar langsung kebudayaannya. Meski di awal sempat merasakan gegar budaya namun tak butuh waktu lama ia dapat menyesuaikan diri setelah membaur bersama dengan peserta GSW lainnya.
“Sangat menyenangkan dapat mengenal budaya Indonesia dan bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini. Program ini mendorong saya untuk membuka diri dan berinteraksi dengan teman-teman yang belum saya kenal sebelumnya,” kata Sebastian di sela-sela kegiatan Cultural and Outbound Activities di Candi Prambanan.
Kunjungan ke Candi Prambanan ini menjadi momen istimewa bagi para peserta GSW yang mendapatkan pengalaman pembelajaran lintas budaya dengan kebersamaan yang hangat. Aktivitas ini menjadi pemicu terciptanya keakraban antar peserta yang semakin dalam.
Megat Raimi bin Hezree Azwan, mahasiswa asal Malaysia yang mengambil studi di University of Canterbury, New Zealand mengungkapkan bahwa kunjungannya ke Indonesia merupakan pengalaman pertamanya. Ia merasa senang dapat bertemu dengan banyak orang baru serta mengenal budaya lokal yang menurutnya memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan budaya di Malaysia maupun Selandia Baru. Ia juga menilai masyarakat Indonesia lebih terbuka dan ramah, sehingga memudahkannya untuk menjalin pertemanan.
Bagi Megat, ini bukan hanya perjalanan yang menambah wawasan, namun juga membentuk koneksi emosional dengan budaya Indonesia. Awalnya, motivasi mengikuti kegiatan ini karena ia ingin mendapat kredit kuliah dengan mudah. Ternyata, yang ia peroleh lebih dari itu. “Justru yang saya dapat pengalaman jauh lebih berharga seperti belajar budaya baru dan menjalin pertemanan lintas negara,” ujarnya.
Pernyataan senada disampaikan Nurul Natasha binti Ismayudin dari University of Canterbury. Ia juga baru pertama kalinya berkunjung ke Indonesia. Kegiatan eksplorasi ke kompleks Candi Prambanan adalah hal yang ia tunggu-tunggu. Ia pun mengungkapkan ketakjubannya ketika mengetahui bahwa candi Hindu terbesar di Indonesia ini masih aktif digunakan untuk kegiatan sembahyang.
“Ketika mengetahui sejarahnya, saya tidak menyangka bahwa bangunan secantik ini pernah terkena dampak dari gempa bumi tahun 2006 dan sempat mengalami kerusakan. Seninya sangat luar biasa. Walaupun begitu, seni yang ada di dalam candi tersebut sangat luar biasa dan memiliki filosofi yang menarik,” jelasnya. (*)