Kematangan Proses Bisnis dan Penerapan Teknologi Informasi Tentukan Keberhasilan UMKM

Belia Afifah berfoto di depan Gedung KH Mas Mansur FTI UII. (foto : istimewa)
Belia Afifah berfoto di depan Gedung KH Mas Mansur FTI UII. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Tingkat pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), khusus industri kosmetik tidak dapat lepas dari ancaman kegagalan. Hal ini disebabkan dinamika perkembangan pangsa pasar yang terus meningkatkan dengan elemen yang tidak pasti setiap tahunnya. Karena itu, pengukuran kematangan proses bisnis dan penerapan kesiapan teknologi informasi pada UMKM, khususnya kosmetik di Yogyakarta menjadi kunci keberhasilan usaha.

Demikian diungkapkan Belia Afifah, alumni Program Studi Teknik Industri, Program Magister Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) , Jumat (29/3/2024). Penelitian tesis ini bertujuan mengetahui elemen apa saja yang mempengaruhi proses bisnis yang dijalankan UMKM. Sehingga dapat dibandingkan satu sama lain antar studi kasus yang ada.

Bacaan Lainnya

‘Penelitian dilakukan pada UMKM CV Annauva dan UMKM Naisa Sk dengan menggunakan metode pengukuran 8 area Business Process Management Maturity (BPMM) teori McCormack dan Johnson yang dikombinasikan dengan IT Readiness teori Spinelli dan Haug. “Hasil yang diperoleh untuk CV Annauva berada pada level kematangan proses bisnis Defined (level 2), sedangkan Naisa Sk berada pada level kematangan proses bisnis Ad Hoc (level 1),” kata Belia Afifah.

Lebih lanjut Belia Afifah menjelaskan berdasarkan hasil analisis dengan variabel BPM Maturity dan IT Readiness, kedua UMKM memerlukan perbaikan pada alur proses bisnis. Perbaikan proses bisnis dilakukan dengan merancang dan membandingkan proses bisnis (awal) dengan proses bisnis (rekomendasi) yang direkomendasikan bagi pemilik usaha untuk terus melakukan peningkatan proses menggunakan model process business improvement dan simulasi dengan software bizagi modeler.

“Hasil simulasi dan perbandingan proses bisnis (rekomendasi) pada UMKM 1 (CV Annauva) terjadi peningkatan sebesar 30,17% dengan waktu ekseskusi awal 52 hari, 4 jam dan 45 menit, berkurang menjadi 22 hari 13 jam dan 21 menit. Sedangkan untuk UMKM 2 (Naisa SK) terjadi peningkatan sebesar 3,35% dengan waktu ekseskusi awal 58 hari, 12 jam dan 45 menit, berkurang menjadi 56 hari, 13 jam dan 45 menit,” kata Belia.

Kesimpulannya, kata Belia, pertama, berdasarkan hasil penilaian BPMM didapatkan nilai kematangan proses bisnis sebesar 4,8 untuk UMKM 1 (CV Annauva) dan termasuk kategori Defined (level 2) dan Kesiapan TI pada level moderate it readiness atau menengah. Sedangkan nilai kematangan proses bisnis pada UMKM 2 (Naisa SK) sebesar 3 dan termasuk kategori Ad Hoc (level 2), dan kesiapan penerapan TI berada pada level rendah atau little it readiness.

“Hasil ini menunjukkan bahwa kedua UMKM perlu dilakukan perancangan dan perbaikan proses bisnis untuk mengoptimalkan kinerja business prosess yang ada dalam perusahaan,” saran Belia Afifah.

Kesimpulan kedua, berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan dengan membandingkan proses bisnis awal dan proses bisnis rekomendasi dengan asumsi simulasi dilakukan selama 60 hari. Hasil menunjukkan terjadi pengurangan total waktu eksekusi proses bisnis pada UMKM 1 (CV Annauva) sebesar 30,17%. Di mana pada mulanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan keseluruhan proses bisnis (awal) yaitu 74 hari, 18 jam dan 6 menit, berkurang menjadi 52 hari, 4 jam dan 45 menit. Artinya terjadi percepatan waktu eksekusi pada proses bisnis (rekomendasi) UMKM 1 (CV Annauva) selama 22 hari 13 jam dan 21 menit.

Sedangkan pada UMKM 2 (Naisa SK) terjadi pengurangan total waktu sebesar 3,35%. Di mana pada mulanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan keseluruhan proses bisnis (awal) yaitu 58 hari, 12 jam dan 45 menit, berkurang menjadi menjadi 56 hari, 13 jam dan 45 menit. Artinya terjadi percepatan waktu eksekusi pada proses bisnis (rekomendasi) UMKM 2 (Naisa SK) selama 1 hari dan 24 jam.

Sementara Prof Dr Ir Elisa Kusrini, MT, CPIM, CSCP, Dosen Pembimbing yang juga Dosen Jurusan Teknik Industri, serta Ketua Program Studi Rekayasa Industri, Program Doktor FTI UII menyambut capaian luar biasa yang telah diraih Belia Afifah dengan berhasil meraih gelar S2 Magister Teknik Industri. Ini adalah bukti dedikasi, kerja keras, dan komitmen Belia dalam menyelesaikan studinya

“Semoga gelar ini bukan hanya menjadi pencapaian akademis, tetapi juga membuka banyak peluang baru untuk berkontribusi lebih besar lagi dalam dunia kerja dan membawa manfaat bagi masyarakat. Sukses selalu dalam perjalanan karir dan kehidupan Belia Afifah ke depan,” harap Elisa Kusrini. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *