DAUN kangkung (ipomoea reptans poir atau water spinach) sudah lama menjadi obat tradisional untuk penyembuhan diabetes mellitus bagi masyarakat Indonesia. Sebab, kangkung memiliki kandungan carotene, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, vitamin E, anthocyanins, methoxy quercetin, fat, protein, carbohydrate, calcium, phosphorus, iron, flavonoid dan lain-lain.
“Kangkung mengandung flavonoid dan efek antioksidannya yang bisa menjadi antidiabetes,” kata Dr Farida Hayati MSi Apt, peneliti pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) Yogyakarta kepada jogpaper.net di ruang kerjanya, Jumat (20/1/2017).
Penelitian terhadap kangkung ini dilakukan Farida Hayati bersama Pinus Jumaryanto PhD, Arde Toga Nugraha, dan Ari Wibowo. Penelitian ini diharapkan bisa menemukan senyawa aktif sampai isolat aktif sehingga bisa dikemas menjadi obat herbal yang relatif kecil.
“Kita saat ini masih dalam tahap ekstrak sehingga penelusuran senyawa aktif masih terus dilakukan. Permasalahannya, kalau hanya sampai ekstrak masih terlalu banyak sehingga kalau dibuat kemasan obat herbal masih terlalu besar. Kita berupaya membuat ekstrak menjadi lebih sedikit lagi agar lebih simple,” kata Farida yang juga Wakil Dekan di FMIPA UII ini.
Farida telah melakukan tahapan-tahapan penelitian yang diharapkan bisa menghasilkan obat herbal terstandar. Tahapannya, ekstraksi daun kangkung, uji toksisitas (akut dan sub kronis), uji farmakologi (antidiabetes dan antioksidan). Selanjutnya, bioassay guide isolation (antioksidan), fraksinasi (antioksidan), dan isolasi. Tahap isolasi ini yang belum dilakukan Farida.
Dijelaskan Farida, faktor yang mempengaruhi kualitas ekstrak kangkung adalah bahan baku, pascapanen, proses ekstraksi, pengeringan dan penyimpanan. Menurutnya, bahan baku kangkung yang memiliki kualitas tinggi jika ditanam di daerah dengan ketinggian antara 100-200 dari permukaan laut, tanah regosol, dan suhu berkisar 23-32 derajat Celcius.
“Proses pembuatan ekstrak daun kangkung adalah setelah daun dipanen, kemudian dilakukan penyortiran dan penyucian. Selanjutnya, dilakukan pengeringan, penyerbukan dan pengayakan, maserasi dengan etanol perbandingan 1:10 selama enam hari dan remasi satu kali,” katanya.
Menurut Farida prospek obat herbal diabetes dari kangkung memiliki peluang yang sangat besar. Sebab diprediksikan penderita diabetes millitus akan terus bertambah, bahkan tahun 2025, jumlah penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 300 juta. Selain itu, berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pengobatan tradisional menjadi pilihan bagi 80 persen penduduk dunia untuk mengobati berbagai penyakit.
Karena itu, ke depan, kangkung memiliki prospek yang cerah. Jika sudah menjadi obat herbal, kebutuhan akan kangkung sebagai bahan baku obat herbal sangat besar. Sehingga kangkung akan menjadi sumber penghasilan bagi petani dengan masa tanam yang relatif singkat yaitu hanya 21 hari.
Penulis : Heri Purwata