Dosen UII, UNU dan ISI Kolaborasi Tingkatkan Daya Saing Batik Kebon Indah Klaten

Muchamad Sugarindra (kiri) dan Rifqi Syarif Nasrulloh memperlihatkan miniatur busana batik yang dibingkai frame akrilik. (foto : istimewa)
Muchamad Sugarindra (kiri) dan Rifqi Syarif Nasrulloh memperlihatkan miniatur busana batik yang dibingkai frame akrilik. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Dosen Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Nahdlatul Ulama (UNU), dan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melakukan kolaborasi pengabdian masyarakat. Keempat dosen bekerjasama dengan Paguyuban Batik Pewarna Alam Kebon Indah Klaten, Jawa Tengah, menggelar Workshop Pengembangan Motif dan Media Pemasaran untuk meningkatkan daya saing Batik Kebon Indah Klaten, Jawa Tengah, .

Keempat dosen adalah Ir Muchamad Sugarindra, ST, MT, IPM, Dosen Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII. Prof Dr Muafi, SE, MSi, Dosen Prodi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomi (FBE) UII Yogyakarta. Rifqi Syarif Nasrulloh, SE, MM, Dosen Prodi Manajemen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. Tri Wulandari, SSn, MA, Dosen Program Studi Kriya dari Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Bacaan Lainnya

Workshop yang dilaksanakan di Klaten, Sabtu (17/5/2025), diikuti 35 ibu-ibu pengrajin batik dengan antusiasme tinggi. Mereka berkeinginan meningkatkan daya saing dan pemasaran produk batik tulis pewarna alam khas Kebon Indah, Klaten. Sebelumnya, mereka mendapatkan pendampingan langsung dari Tri Wulandari untuk pengembangan motif batik.

Workshop Pengembangan Motif dan Media Pemasaran. (foto : istimewa)

Tri Wulandari membantu memperkaya keragaman desain batik dengan sentuhan artistik dan kultural yang kuat. Sehingga pembatik Kebon Indah Klaten bisa menciptakan motif baru yang memiliki nilai estetika tinggi sekaligus relevan dengan selera pasar modern.

Desa Kebon telah lama dikenal sebagai sentra produksi batik tulis berbasis pewarna alami. Namun, masih ada tantangan besar yang dihadapi, terutama dalam hal pemasaran dan keterbatasan sumber daya manusia untuk mengelola strategi digital secara optimal. Karena itu, kolaborasi dosen dari tiga perguruan tinggi mencarikan solusi strategis. Mereka memperkenalkan solusi dengan workshop penggunaan frame akrilik batik sebagai media pemasaran visual yang inovatif.

“Media ini memungkinkan batik ditampilkan dalam bentuk miniatur busana yang dipasang dalam frame akrilik. Hal ini bisa menciptakan visualisasi yang lebih nyata dan menarik, terutama untuk pemasaran Daring. Inovasi ini menjadi jembatan penting antara kreativitas pengrajin dan kebutuhan pasar digital yang semakin kompetitif,” Muchamad Sugarindra.

Sugarinda menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari program pendampingan berkelanjutan yang telah dilakukan sejak 2019 oleh tim akademisi lintas institusi. Upaya ini mencerminkan komitmen dunia pendidikan tinggi dalam mendukung pertumbuhan usaha mikro dan industri kreatif di tingkat lokal.

“Dengan semangat kolaboratif dan inovatif, Paguyuban Batik Kebon Indah berharap dapat terus berkembang dan bersaing di tengah dinamika pasar yang terus berubah. Hal ini sekaligus melestarikan budaya batik pewarna alam sebagai warisan budaya bangsa,” kata Sugarinda.

Sedang Muafi menambahkan workshop ini menekankan pentingnya visualisasi yang kuat dalam pemasaran digital.Muafi menyebutkan meskipun pelatihan fotografi dan digital marketing telah diberikan sebelumnya, tampilan produk batik secara visual masih belum optimal. “Karena itu, frame akrilik ini bisa menjadi alternatif yang efektif untuk menarik perhatian konsumen di platform online,” kata Muafi.

Rifqi Syarif Nasrulloh mengatakan keberhasilan pemasaran produk batik sangat ditentukan oleh sejauh mana kreativitas ditampilkan secara digital. “Dengan pendekatan yang tepat, digital marketing bisa membuka akses pasar yang lebih luas, termasuk pasar internasional,” kata Rifqi.

Sementara Tri Wulandari menambahkan hasil workshop ini cukup menggembirakan. Para pengrajin berhasil menciptakan sejumlah motif baru, seperti lereng tutut, ayam jago, kepik, bapak pucung, dan daun randu. Motif-motif ini akan menjadi ciri khas baru dari Batik Kebon Indah dan memperkuat identitas visual produk di pasar. (*)