Dosen FH UWM: Kesehatan Mental Remaja Dapat Mencegah Tindak Kekerasan Gender

UWM
Laili Nur Anisah, Dosen Fakultas Hukum UWM Yogyakarta. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Laili Nur Anisah, SH, MH, dosen Fakultas Hukum, Universitas Widya Mataram (FH UWM) Yogyakarta mengatakan remaja yang memiliki kesehatan mental baik bisa mencegah tindak kekerasan gender. Remaja yang memiliki kesehatan mental baik ditandai dengan memiliki kontrol internal dan eksternal.

Laili Nur Anisah mengemukakan hal tersebut menanggapi maraknya kekerasan gender yang dilakukan remaja di Gedung FH UWM Yogyakarta, Kamis (23/2/2023). Dalam teori, terdapat dua jenis kontrol yang berperan penting pada pertumbuhan remaja. Pertama, kontrol internal yang berasal dari diri remaja sendiri. Kedua, kontrol eksternal yang berasal dari lingkungan seperti keluarga, sekolah, dan lingkungan tempat tinggal remaja.

Bacaan Lainnya

Teori kontrol, jelas Laili Nur Anisah, mengidentifikasikan dua faktor yang memengaruhi remaja mau melakukan tindak pidana, yaitu dorongan dan tarikan. “Remaja yang menjadi korban kejahatan cenderung mencari identitas diri melalui pengakuan dari lingkungan sekitar,” kata Laili.

Laili menambahkan ada beberapa ciri kepribadian umum pada remaja yang rentan melakukan kejahatan. Di antaranya, gelisah, minder, pemalu, cenderung menjadi anak rumahan, berpikir negatif, merasa terasingkan, suka menyendiri, individualis, dan kurang asertif.

Sedang eksistensi remaja, kata Laili, sangat bergantung pada kelompok sebaya, karena mereka ingin diterima oleh lingkungan sekitar. Hal ini membuat mereka rela melakukan apa saja untuk menjadi bagian dari kelompok atau orang yang mereka percayai.

Untuk mencegah tindak kekerasan, perlu ada kontrol internal dan eksternal. Kontrol internal berasal dari diri remaja sendiri, sedang kontrol eksternal berasal dari lingkungan seperti keluarga, sekolah, dan lingkungan tempat tinggal remaja.

Menurut Laili, konsep diri yang kuat pada remaja dapat menjadi kontrol internal yang efektif. “Jika remaja memiliki pandangan positif tentang dirinya sendiri, hal ini dapat membantu dalam mengurangi risiko menjadi korban kekerasan seksual, baik dalam hubungan asmara atau saat bertemu dengan orang baru di dunia maya,” kata Laili.

Remaja dengan konsep diri yang utuh akan lebih mampu untuk menolak tekanan dari grup teman sebaya dalam melakukan perilaku negatif. Mereka tidak ingin melakukan hal negataif hanya untuk mendapat pengakuan.

“Dalam situasi apapun, remaja dengan konsep diri yang kuat akan cenderung memikirkan dampak dari tindakannya. Seperti mengirimkan gambar atau video dengan konten pornografi ke orang yang dikenal. Oleh karena itu, konsep diri yang positif dapat membantu dalam meminimalkan kekerasan seksual yang dialami oleh remaja,” tandasnya. (*)