Diplomasi Ekonomi Uni Eropa -Tiongkok

Andhika
Andhika Wahyudiono. (foto : istimewa)

Oleh: Andhika Wahyudiono *)

UNI EROPA (UE) menegaskan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk menjauh dari Tiongkok, namun, mereka merasa perlu untuk melindungi kepentingan bisnis mereka dalam situasi di mana ada potensi penyalahgunaan keterbukaan perdagangan. Pernyataan ini datang dari Wakil Presiden Eksekutif Uni Eropa, Valdis Dombrovskis, dalam konferensi tahunan Bund Summit di Shanghai.

Bacaan Lainnya

Dombrovskis mengungkapkan bahwa perdagangan bilateral UE dengan Tiongkok mencatat rekor pada tahun sebelumnya, namun ada ketidakseimbangan yang signifikan dalam perdagangan tersebut, dengan defisit perdagangan hampir mencapai USD 426 miliar.

Komentar Dombrovskis ini muncul selama kunjungannya yang berlangsung selama empat hari di Tiongkok, yang bertujuan untuk mencari solusi dalam mencapai hubungan ekonomi yang lebih seimbang antara UE dan Tiongkok. Kunjungan ini juga terjadi setelah Komisi Eropa mengumumkan rencananya untuk menyelidiki apakah perlu dikenakan tarif hukuman untuk melindungi produsen Eropa dari impor kendaraan listrik Tiongkok yang dianggap lebih murah karena menerima subsidi negara.

Tujuan kunjungan ini adalah untuk memperbarui dialog antara UE dan Tiongkok, terutama setelah pandemi Covid-19, serta dalam konteks meningkatnya kekhawatiran UE terkait hubungan yang semakin erat antara Beijing dan Moskow setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

Dalam upaya untuk mengurangi risiko terkait ketergantungan yang semakin meningkat pada Tiongkok, UE telah mempertimbangkan berbagai langkah. Salah satu usulan yang telah diajukan oleh Komisi Eropa adalah untuk melakukan diversifikasi ekonomi Eropa dengan lebih banyak fokus pada Afrika dan Amerika Latin. Isu ini menjadi topik diskusi dalam pertemuan para pemimpin UE yang dijadwalkan pada 5 Oktober 2023 di Granada, Spanyol.

Sebagai latar belakang, hal ini diambil sebagai respons atas meningkatnya ketegangan global dan perhatian terhadap ketergantungan ekonomi yang semakin besar pada Tiongkok. UE berusaha untuk mengidentifikasi cara untuk mengurangi risiko ini, terutama dalam konteks kebijakan energi terbarukan. Dengan sumber daya energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin yang bersifat intermiten, UE memiliki kebutuhan untuk mencari cara efektif untuk menyimpan energi guna mencapai target emisi karbon dioksida nol bersih pada tahun 2050.

Uni Eropa (UE) secara tegas menyatakan bahwa mereka tidak berencana untuk menjauh dari Tiongkok, namun, mereka merasa perlu untuk menjaga kepentingan bisnis mereka dalam situasi di mana ada potensi penyalahgunaan perdagangan. Pernyataan ini berasal dari Valdis Dombrovskis, Wakil Presiden Eksekutif Uni Eropa, dalam acara konferensi tahunan Bund Summit di Shanghai. Dombrovskis mengungkapkan bahwa perdagangan antara UE dan Tiongkok mencapai puncak tertinggi pada tahun sebelumnya, tetapi ada ketidakseimbangan yang signifikan dalam perdagangan tersebut, dengan defisit perdagangan hampir mencapai USD 426 miliar.

Komentar Dombrovskis ini muncul selama kunjungannya yang berlangsung selama empat hari di Tiongkok, yang bertujuan untuk mencari solusi dalam mencapai hubungan ekonomi yang lebih seimbang antara UE dan Tiongkok. Kunjungan ini juga datang setelah Komisi Eropa mengumumkan rencananya untuk menyelidiki apakah perlu dikenakan tarif hukuman untuk melindungi produsen Eropa dari impor kendaraan listrik Tiongkok yang dianggap lebih murah karena menerima subsidi negara.

Tujuan kunjungan ini adalah untuk memperbarui dialog antara UE dan Tiongkok, terutama setelah pandemi Covid-19, serta dalam konteks meningkatnya kekhawatiran UE terkait hubungan yang semakin erat antara Beijing dan Moskow setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

Dalam upaya untuk mengurangi risiko terkait ketergantungan yang semakin meningkat pada Tiongkok, UE telah mempertimbangkan berbagai langkah. Salah satu usulan yang telah diajukan oleh Komisi Eropa adalah untuk melakukan diversifikasi ekonomi Eropa dengan lebih banyak fokus pada Afrika dan Amerika Latin. Isu ini menjadi topik diskusi dalam pertemuan para pemimpin UE yang dijadwalkan pada 5 Oktober 2023 di Granada, Spanyol.

Sebagai latar belakang, langkah-langkah ini merupakan respons terhadap meningkatnya ketegangan global dan kekhawatiran tentang ketergantungan yang semakin besar pada ekonomi Tiongkok. UE berusaha untuk mengidentifikasi cara untuk mengurangi risiko ini, terutama dalam konteks kebijakan energi terbarukan. Dengan sumber daya energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin yang bersifat intermiten, UE memiliki kebutuhan untuk mencari cara efektif untuk menyimpan energi guna mencapai target emisi karbon dioksida nol bersih pada tahun 2050.

*) Dosen UNTAG Banyuwangi