Cara Atasi Limbah Laboratorium Karya Mahasiswa UII

Seorang mahasiswa sedang melakukan penelitian di laboratorium. (foto : istimewa)
Seorang mahasiswa sedang melakukan penelitian di laboratorium. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA — Banyak limbah yang dihasilkan laboratorium kampus setelah digunakan untuk penelitian. Limbahnya masuk katagori bahan berbahaya dan beracun (B3). Sehingga ketika dibuang di tempat sembarangan limbah yang terdiri dari logam berat tersebut akan mencemari lingkungan hidup.

Berangkat dari keprihatinan ini, lima mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menciptakan cara efektif dan efisien untuk mengatasi limbah B3. Mereka adalah Violla Bestari Ayu S, Apri Rahmani MH, Andhika Ghia P, Agung Prayudia M, dan Dian Nurmala.

Dijelaskan Violla Bestari Ayu S, sistem pengolahan limbah yang ditemukan menggunakan teknologi nanobubble-electrocoagulation (E-CONAN). “Pengolahan limbah yang selama ini diterapkan pada laboratorium menggunakan reaktor karbon aktif relatif yang hasilnya masih belum sempurna sehingga diperlukan teknologi baru yang lebih efektif dan efisien. Reaktor karbon perlu diganti secara periodik,” kata Violla di Kampus UII Terpadu, Rabu (5/10/2016).

Lebih lanjut Violla mengatakan pengolahan limbahnya dilakukan menggunakan empat model reaktor yang berbeda, yaitu reaktor nanobubble dan elektrokoagulasi serta reaktor E-CONAN sistem horizontal dan vertical. “Nanobubble atau gelembung gas kecil dalam cairan saat ini seringkali dimanfaatkan dalam proses penjernihan air. Karena dapat meningkatkan kandungan oksigen di air sehingga sangat bermanfaat dalam proses pengolahan air limbah dan meningkatkan kualitas produk air,” jelasnya.

Sedangkan elektrokoagulasi adalah proses pengaliran muatan listrik ke dalam air limbah selama beberapa waktu. Proses ini digunakan untuk mehilangkan kandungan organik dan logam berat pada limbah. “Diharapkan dengan menggabungkan proses nanobubble-elektrocoagulasi dapat meningkatkan efisiensi dan menjadi solusi dalam pengolahan limbah laboratorium,” harap Violla.

Metode ini sudah diujicobakan di laboratorium terpadu UII. Hasilnya, dinilai cukup sukses dalam menurunkan kadar kandungan limbah sesuai dengan target yang diharapkan. “Setelah kami uji coba, terdapat penurunan yang signifikan dari kadar logam timbal dan tembaga dalam air limbah. Air limbah menjadi lebih jernih dengan sedikit gumpalan. Selain itu kadar BOD dan COD juga menurun, namun kandungan oksigen dalam air justru meningkat,” ujarnya.

Penulis : Heri Purwata

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *