Kesehatan Mental Anak Dipengaruhi Pola Komunikasi Keluarga

 Dr Diana Setiyawati MHSc, Psy. (foto : istimewa)
Dr Diana Setiyawati MHSc, Psy. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA — Dr Diana Setiyawati MHSc, Psy, Direktur Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah mada (UGM) mengatakan perkembangan dan pembentukan kesehatan mental anak sangat dipengaruhi pola komunikasi dan interaksi di dalam keluarga.

Diana mengungkapkan hal tersebut kepada wartawan di Kampus UGM Yogyakarta, Rabu (5/10/2016). Pola orang tua dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan diturunkan pada anak melalui modelling.

“Misalnya, anak mempunyai orang tua pencemas, maka anak akan memiliki kecenderungan sifat serupa dengan orang tuanya. Mereka akan cenderung mudah cemas dan tegang dalam menghadapi berbagai hal,” kata Diana.

Demikian pula anak yang tumbuh dalam lingkungan orang tua yang memiliki sikap agresif, maka anak cenderung menunjukkan sikap agresif dalam berinteraksi. “Cara-cara keluarga dalam mengekspresikan dan mengkomunikasikan sesuatu bisa membentuk kesehatan atau justru kesakitan mental anak,” jelasnya.

Di satu sis, kata Diana, keluarga dapat menjadi pelindung bagi kesehatan anak. Namun di sisi lain, keluarga bisa menjadi pemicu munculnya gangguan kesehatan anak. Misalnya, pada anak-anak disabilitas, keluarga yang tidak utuh karena perceraian, dan kehilangan figur ayah. “Keluarga bisa menjadi faktor protektif, namun juga pemicu munculnya gangguan mental,” ujarnya.

Dalam keluarga, jelas Diana, ayah dan ibu memiliki peran penting dalam pengasuhan anak. Keduanya akan menghasilkan efek yang sama pada perilaku anak. Ketika peran ayah dalam keluarga hilang, maka bisa mengembangkan psikopatologi.

Anak-anak yang kehilangan sosok ayah sangat rentan menjadi korban maupun pelaku kekerasan seksual. “Sudah sepatutnya ayah dan ibu bekerja sama dalam pengasuhan anak karena keduanya memiliki peran yang sama dalam membesarkan anak,” sarannya.

Menurutnya, anak harus dididik dalam keseimbangan. Dari ayah, anak-anak akan belajar tentang kekuatan dan juga pengalaman yang lebih luas. Sedangkan dari ibu anak-anak dapat belajar tentang kelembutan dan hal-hal yang detail. “Kehadiran ayah dan ibu penting untuk perkembangan kesehatan mental anak. Selain itu juga bisa menyeimbangkan dominasi dalam pengasuhan,” jelasnya.

Fakultas Psikologi UGM akan membahas tentang pentingnya peran pola interaksi dan komunikasi keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan mental. Diskusi akan dikemas dalam bentuk talkshow “Ketika Rumah Tak Lagi Nyaman” di Fakultas Psikologi UGM, Sabtu (8/10/2016). Menurut rencana akan menghadirkan Prof Noor R Hadjam, pakar postif parenting; Prof Subandi, pakar psikologi klinis dan budaya; Prof Sofia Retnowati, pakar kesehatan mental; serta Agus Sugianto, aktivis kesehatan mental yang juga mantan korban pemasungan.

Penulis : Heri Purwata