UII Gelar ‘Angkringan Rumah Gagasan : Eksposisi Riset’

Fajriya
Dr Raden Bagus Fajriya Hakim saat menyampaikan sambutan pembukaan Angkringan Rumah Gagasan: Eksposisi Riset. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar ‘Angkringan Rumah Gagasan: Eksposisi Riset.’ Agenda ini merupakan bursa gagasan untuk negeri yang berupa hasil penelitian dari dosen masing-masing fakultas di lingkungan UII. Harapannya, gagasan tersebut bisa tersebar dan bisa memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Dr Raden Bagus Fajriya Hakim SSi, MSi, Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan/Rumah Gagasan UII mengemukakan hal tersebut pada pembukaan ‘Angkringan Rumah Gagasan: Eksposisi Riset,’ Kamis (8/6/2023). Agenda perdana yang menampilkan enam gagasan hasil riset dosen dari enam fakultas ini merupakan rangkaian Milad ke-80. “UII dalam setiap tahunnya selalu mendorong produktivitas dan pengembangan riset untuk semua dosen, mahasiswa dan juga tenaga kependidikan,” kata Fajriya Hakim.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Fajriya mengatakan Agenda Milad ke-80 UII terdiri dari empat kategori yaitu Kajian Ilmiah Akademis, Keagamaan dan Pengabdian Masyarakat, Seni dan Budaya dan Olahraga. “Kategori Kajian Ilmiah Akademis, kegiatan meliputi seminar nasional dengan tema Hukum dan Kebijakan Pembangunan, peluncuran buku dan seminar Eksposisi Riset: Bursa Gagasan untuk Negeri serta sarasehan Imaji Satu Abad UII,” katanya.

Menurut Fajriya Hakim, forum untuk mempresentasikan penelitian-penelitian terbaru para dosen belum begitu banyak. Karena itu, Badan Perencanaan dan Pengembangan berkolaborasi dengan panitia milad khususnya departemen kajian ilmiah menyadari bahwa Intelectual Pursuits atau pengejaran kecerdasan intelektual tidak akan lebih banyak terjadi di ruang kosong yang menyendiri.

“Penelitian akan tumbuh subur di lingkungan di mana para akademisi dapat mendiskusikan penelitian-penelitiannya, penelitian-penelitian kolaborasi dengan perspektif yang terlepas dari disiplin ilmu mereka,” tambah Fajriya Hakim.

Kesempatan seperti ini, kata Fajriya, para akademisi akan menatap perkembangan baru. Selain itu, juga membangun kapasitas, gagasan-gagasan cemerlang, wawasan yang lebih luas dalam pemikiran dan teknologi yang pada akhirnya dapat diintegrasikan kembali dalam penelitian-penelitian lanjutan mereka.

“Kebutuhan kolaborasi riset antar disiplin ilmu tidak pernah sebesar ini sebelumnya. Kita hidup di dunia yang terus berubah dan semakin kompleks serta terhubung satu sama lain dari waktu ke waktu sehingga mengharuskan kita bekerja sama lintas disiplin ilmu untuk mengatasi tantangan dan memberikan solusinya,” tandas Fajriya.

Solusi terbaik, kata Fajriya, seringkali datang dari luar batasan tradisional satu bidang ilmu, dengan kata lain, dari riset-riset spesialisasi dalam bidang yang berbeda. Tetapi memiliki latar belakang dan tujuan bersama untuk menangani masalah yang dihadapi sebagai satu riset kolaborasi.

Kemampuan bekerja lintas disiplin ilmu merupakan kunci kemajuan ilmu pengetahuan. Kolaborasi interdisipliner mutlak diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks, karena riset individualistik tidak dapat menangani masalah yang memerlukan pengetahuan dari berbagai multi disiplin ilmu. Kolaborasi interdisipliner menciptakan pemahaman yang lebih holistic tentang suatu masalah, yang mengarah pada solusi yang lebih baik untuk semua orang yang terlibat.

“Semakin banyak kita dapat menciptakan peluang untuk mempresentasikan riset-riset akademisi makan semakin besar juga kontribusi dan kolaborasi antar dosen untuk melakukan riset dan tentunya akan semakin baik bagi kita sebagai komunitas. Kolaborasi interdisipliner akan memperluas pola pikir dan pengetahuan kita sehingga kita dapat terus memajukan ilmu pengetahuan bersama,” katanya. (*)