YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Sylvia Febiandita, lulusan terbaik Program Studi (Prodi) Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) tahun 2022 meraih beasiswa Arryman Scholarship di SOAS University of London. Beasiswa ini tidak hanya sekedar melanjutkan studi S2-S3 program MSc in Development Economics dan jenjang doktoral, tetapi merupakan langkah strategis untuk mewujudkan impiannya menjadi peneliti di bidang ekonomi pembangunan dan kebijakan publik.
Sylvia Febiandita memiliki pengalaman sebagai asisten peneliti di berbagai institusi Di antaranya, asisten peneliti di Unit Penelitian dan Pengembangan Ekonomika dan Bisnis (P2EB) FEB UGM, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta. Pengalamannya ini membuka mata Sylvia akan pentingnya fondasi teori dan metodologi yang kuat. Karena itu, Sylvia menguatkan tekad untuk melanjutkan studi pascasarjana guna mengisi melengkapi insight yang diperoleh saat menempuh studi sarjana.
Bagi Sylvia Febiandita, Beasiswa Arryman merupakan beasiswa istimewa. Sebab beasiswa ini memberikan bea kuliah dari S2 hingga S3 di bidang ilmu ekonomi sekaligus biaya hidup hingga asuransi kesehatan. Selain itu, beasiswa ini membuka peluang mengembangkan jejaring dan diskusi lintas disiplin karena penerima beasiswa ini berasal dari berbagai disiplin ilmu sosial.
“Menariknya, penerima beasiswa Arryman berkesempatan untuk menempuh postdoctoral fellowship di salah satu Institutes for Advanced Studies (IFAR) seusai masa studi,” kata Sylvia Febiandita, alumnus Program Studi Ilmu Ekonomi FEB UGM ini.
SOAS University of London, kata Sylvia, memiliki keunggulan di bidang ilmu pembangunan dengan regional expertise di negara-negara berkembang seperti Afrika, Asia, dan Amerika Latin. SOAS juga tercatat sebagai universitas dengan mahasiswa internasional terbanyak di Inggris, merepresentasikan lebih dari 135 negara.
Di samping itu, Departemen Ilmu Ekonomi di SOAS terkenal dengan pendekatan heterodoks serta fokus kajian pada ekonomika pembangunan dan ekonomi politik. Menurutnya, keunggulan tersebut menjadikan SOAS sebagai tempat yang tepat untuk mendalami isu-isu ekonomi di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya.
“Saya tertarik untuk mengaplikasikan ilmu ekonomi dan pembangunan dalam diskursus kebijakan di Indonesia dan Asia Tenggara. Program MSc dan PhD in Development Economics di SOAS memberikan saya kesempatan untuk tidak hanya berfokus secara silo pada ilmu ekonomi saja, tetapi juga ilmu dan metode-metode lain,” katanya.
Sylvia Febiandita menceritakan tentang perjuangannya meraih beasiswa. Saat mengikuti program studi sarjana, Sylvia pernah meraih beasiswa prestisius seperti GenBI Bank Indonesia, IISMA ke University of Pennsylvania, dan Young Leaders for Indonesia dari McKinsey & Company. Namun, perjalanannya meraih beasiswa di jenjang pascasarjana tidaklah berlangsung mulus. Sebelumnya, Sylvia mengalami penolakan dari dua beasiswa pascasarjana lainnya.
“Saat mendaftar beasiswa untuk mendanai studi pascasarjana, saya sempat ditolak oleh dua beasiswa lain meskipun pada saat itu sudah diterima oleh beberapa program di Amerika Serikat dan Inggris. Meskipun demikian, proses ini membuat saya belajar untuk terus refining tujuan saya untuk menempuh studi pascasarjana serta hal-hal apa yang saya rencanakan untuk dalami ke depan,” kenang Sylvia.
Selain itu, Sylvia mengungkapkan mengalami sejumlah tantangan saat proses pendaftaran beasiswa. Mulai dari penulisan esai hingga menentukan program yang akan dipilih. Hal tersebut bukan sesuatu yang bisa dianggap sepele. Sebab, tidak semua biaya pendidikan dipenuhi dari beasiswa. Kegagalan yang dialami justru menjadi pijakan baginya untuk mempersiapkan pendaftaran program pascasarjana dan beasiswa lebih matang lagi.
Sylvia Febiandita membagikan tips agar lolos beasiswa. Saat mendaftar Arryman, Sylvia berusaha mempersiapkan sebaik mungkin mulai dari penyusunan esai, memperbarui hasil tes IELTS, hingga mendaftar program SOAS University of London. Selain melakukan perencanaan secara matang, sebaiknya pendaftar juga banyak membaca literatur terkait topik yang ingin diteliti, hingga mematangkan rencana studi.
Tips lainnya, kata Sylvia, perlu menyeimbangkan keterbukaan terhadap insight baru yang akan dipelajari saat studi mengingat beasiswa Arryman tidak hanya jenjang master, tetapi juga doktoral. Tidak kalah penting pendaftar perlu menjaga kesehatan fisik dan mental karena proses pendaftaran memakan waktu panjang.
“Tidak apa-apa beristirahat sejenak di tengah perjalanan. Namun, pastikan ketika kembali, kamu bisa bangkit dengan lebih kuat. Perjalananmu masih panjang, jadi wajar kalau merasa lelah. Beri diri waktu untuk istirahat, sekaligus jaga kesehatan fisik dan mentalmu,” pesannya.
Sylvia Febiandita mengaku siap menjalani studi lanjut. Ia berencana menekuni penelitian di bidang pembangunan dan ketenagakerjaan serta melanjutkan postdoctoral fellowships usai menyelesaikan studi pascasarjana.
Menurutnya, pengalaman saat kuliah di FEB UGM menjadi bekal, terutama melalui mata kuliah Ekonometrika dan pengalaman penelitian. Selain itu, keterlibatannya di Badan Penerbit dan Pers Mahasiswa (BPPM) EQUILIBRIUM, Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UGM (Himiespa), serta program IISMA di University of Pennsylvania memperluas perspektif akademik dan jejaring internasionalnya. Nilai-nilai integritas, profesionalisme, objektivitas, dan kepedulian sosial yang ditanamkan di FEB UGM juga menjadi pegangan Sylvia dalam menapaki jalan panjang sebagai peneliti.
“FEB UGM turut berperan untuk membentuk saya menjadi aspiring researcher yang tidak mengedepankan integritas tetapi juga aspek-aspek sosial yang berkeadilan. Saya melihat “kesuksesan” tersebut ada ketika saya bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitar saya,” kata Sylvia. (*)