Sri Kusumadewi Raih Gelar Profesor Bidang Sistem Pendukung Keputusan Klinis

Sri Kusumadewi saat menerima Surat Keputusan (SK) Kenaikan Jabatan Akademik Profesor dari Rektor UII disaksikan Kepala LLDikti Wilayah V DIY, Selasa (12/8/2025). (foto : heri purwata)
Sri Kusumadewi saat menerima Surat Keputusan (SK) Kenaikan Jabatan Akademik Profesor dari Rektor UII disaksikan Kepala LLDikti Wilayah V DIY, Selasa (12/8/2025). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Dr Sri Kusumadewi, SSi, MT, Dosen Program Studi Magister Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) meraih gelar Profesor Bidang Sistem Pendukung Keputusan Klinis. Surat Keputusan (SK) Kenaikan Jabatan Akademik Profesor diterima Sri Kusumadewi alias Cicie di Gedung Prof Dr Sardjito Kampus Terpadu UII, Selasa (12/8/2025).

Prosesi penyerahan Surat Keputusan (SK) Kenaikan Jabatan Akademik Profesor dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) dari Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Prof Setyabudi Indartono, MM, PhD kepada Rektor UII, Fathul Wahid. Selanjutnya, Rektor UII menyerahkan SK tersebut kepada Sri Kusumadewi.

Bacaan Lainnya

Sri Kusumadewi meraih gelar Guru Besar di Bidang Sistem Pendukung Keputusan Klinis yang merupakan bagian dari Informatika Medis. Hingga saat ini UII telah melahirkan sejumlah 56 profesor, dan saat ini yang aktif sejumlah 50 profesor tersebar di berbagai bidang keilmuan.

Direktur Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan UII, Ike Agustina, SPsi, MPsi, Psikolog, mengatakan penambahan jumlah profesor ini menunjukkan komitmen UII dalam meningkatkan peran dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Penambahan jumlah profesor di UII akan terus bertambah di masa mendatang.

Saat ini, kata Ike Agustina, UII memiliki 833 dosen, dengan 295 dosen berpendidikan S3. UII memiliki 123 dosen dengan jabatan akademik Lektor Kepala, dan 79 dosen di antaranya memenuhi syarat memperoleh jabatan akademik tertinggi.

Lebih lanjut Ike Agustina mengatakan UII berkomitmen kuat dalam memberikan dukungan penuh kepada para dosen untuk meraih jabatan akademik tertinggi. Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai program strategis yang dikolaborasikan bersama para pemangku kepentingan di lingkungan UII, baik di tingkat Universitas, Fakultas maupun Jurusan.

“Beragam program stimulan telah dirancang, antara lain dalam bentuk hibah penelitian, pendampingan penulisan dan publikasi internasional, serta fasilitasi riset kolaboratif antar fakultas/jurusan dan perguruan tinggi mitra UII baik di dalam negeri maupun luar negeri. Inisiatif-inisiatif ini dinilai efektif dalam mendorong percepatan karier akademik dosen sesuai dengan bidang keilmuannya,” kata Ike Agustina.

Sri Kusumadewi menyampaikan bahwa menjadi seorang profesor membawa banyak kewajiban. Seorang profesor tidak hanya dituntut untuk menghasilkan karya melalui buku atau publikasi ilmiah bereputasi. Lebih dari itu, peran profesor juga mencakup tanggung jawab menjaga dan mengembangkan kualitas perguruan tinggi. Esensi terpenting dari perguruan tinggi, seperti pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan dakwah Islamiyah (khusus di UII), harus terus ditingkatkan. Hal ini tidak boleh diabaikan agar perguruan tinggi tetap relevan dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Sri Kusumadewi menjelaskan setelah menjadi profesor, tuntutan untuk mengajar justru harus lebih baik dari pada sebelumnya. Menurutnya, membuat karya ilmiah relatif lebih mudah karena melibatkan dirinya dan tim kecil. Namun, dalam mengajar, tantangannya lebih besar karena berhadapan dengan mahasiswa yang sangat beragam.

“Materi perkuliahan juga harus selalu diperbarui dan didukung teknologi serta media pembelajaran yang relevan. Terlebih di era sekarang, akses terhadap materi pembelajaran relatif lebih mudah, sehingga dosen dituntut untuk memberikan nilai tambah yang bermakna,” kata Cicie.

Selain itu, Cicie, sapaan akrab Sri Kusumadewi, menekankan dari sisi pengabdian kepada masyarakat, implementasi keilmuan harus selaras dengan kebutuhan masyarakat masa kini. Ia menilai pentingnya menyiapkan berbagai unsur pendukung secara matang untuk mewujudkan esensi penting perguruan tinggi.

Menurutnya, seorang profesor tidak boleh hanya terfokus pada bidang akademik semata. Peran profesor juga mencakup kemampuan menerjemahkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Seorang guru besar sejatinya tidak hanya meneliti, tetapi juga mengaplikasikan keilmuannya dalam menyelesaikan permasalahan di dunia nyata. Dengan demikian, kontribusi profesor dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat luas.

Cicie yang aktif di Pusat Studi Informatika Medis (PSIMed) UII ini berharap bidang keilmuannya dapat membantu pemerintah dalam mengintegrasikan layanan kesehatan primer. Sri Kusumadewi menjelaskan Sistem Pendukung Keputusan Klinis memiliki potensi besar untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan.

Namun, penerapannya di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Salah satu tantangan terbesarnya adalah faktor budaya kerja dan tingkat penerimaan teknologi informasi. Tantangan serupa umumnya juga dihadapi di sebagian besar negara berkembang.

“Saya ingin punya peran dalam memanfaatkan data kesehatan yang saat ini mulai diupayakan pemerintah untuk terintegrasi. Data ini dapat menjadi sarana penting dalam membantu proses pengambilan keputusan, terutama di bidang kesehatan. Pemanfaatan data tersebut akan sangat berguna dalam meningkatkan efektivitas kebijakan kesehatan,” kata Cicie.

Sri Kusumadewi telah berinisiatif membentuk Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di lingkungan UII. Melalui Posbindu ini, data kesehatan setiap pegawai akan dicatat secara berkala untuk memantau kondisi kesehatan mereka dari waktu ke waktu. Informasi yang terkumpul akan dimanfaatkan untuk melakukan skrining kesehatan secara terukur dan sistematis.

Selanjutnya, hasil skrining tersebut dapat digunakan untuk deteksi dini, tindakan pencegahan, serta pemantauan faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Dengan demikian, Posbindu diharapkan menjadi sarana efektif dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan sivitas akademika UII. (*)