SDM Tekstil Harus Memiliki Keahlian Relevan

Iwan Setiawan saat menyampaikan makalah di Kongres IKATSI IV Yogyakarta, Jumat (8/3/2019). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Setiawan Lukminto MBA, mendukung Universitas Islam Indonesia (UII) membuka Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil. Sumber Daya Manusia (SDM) tekstil yang dihasilkan harus memiliki keahlian yang relevan dengan kebutuhan Industri Tekstil dan Produk Tekstil Nasional (ITPT).

Iwan Setiawan mengemukakan hal itu pada seminar Kongres IV IKATSI (Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia) di Yogyakarta, Jumat (8/3/2019). Kongres dibuka staf ahli Menteri Perindustrian RI, Beni Sutrisno yang didampingi Wakil Rektor I UII, Dr Imam Jati Widodo dengan pemukulan gong.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Iwan Setiawan mengatakan salah satu cara untuk meningkatkan kapasistas SDM tekstil harus memperbanyak pelatihan. Selain itu, perlu memperbanyak lapangan kerja untuk menampung lonjakan tenaga kerja produktif. “Kebutuhan keahlian pada ITPT Nasional meliputi textile manufacturing, textile processing, garmen, organisasi,dan pengembangan bisnis,” kata Iwan.

Diperediksikan kebutuhan tenaga kerja mencapai 400 ribu orang, seiring penambahan kapasitas produksi sebesar 1.638 ribu ton per tahun dan investasi Rp 81,45 triliyun. Tingkat keahlian tekstil meliputi spesialis manager, supervisor, insinyur, teknisi, penelitian dan pengembangan, mekanik, operator mesin, sales dan pengembangan bisnis, dan lain-lain.

Potensi pasar industri tekstil, kata Iwan, untuk dalam negeri sendiri belum tercukupi. Karena itu, ITPT Nasional merupakan industri stategis di Indonesa yang memiliki populasi penduduk lebih dari 250 juta orang. “Saat ini, pasar domestik baru bisa memenuhi 60 juta orang Indonesia,” katanya.

Sementara Redma Gita Wiraswasta, Ketua IKATSI (Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia) mengatakan saat ini masih kekurangan tenaga ahli tekstil. Sehingga sering terjadi bajak membajak tenaga ahli tekstil antar perusahaan. Hal ini membuat perusahaan tekstil tidak bisa berkembang bersama.

“Saat ini ada satu ahli konsultan tekstil merangkap hingga 10 perusahaan. Sedang pembajakan tenaga ahli ini membuat perusahaan yang ditinggalkan tidak berkembang lagi,” kata Redma.

Karena itu, Redma menyambut baik pembukaan Prodi Rekayasa Tekstil yang dilakukan UII Yogyakarta. Agar bisa menelorkan tenaga ahli tekstil yang mumpuni, Redma, menyarankan UII bekerjasama dengan perusahaan tekstil.

“Teknologi tekstil begerak cepat sekali. Salah satu cara untuk mengejar ketertinggalan teknologi, menjalin kerjasama dengan perusahaan tekstil dan dijadikan sebagai laboratoriumnya,” tandas Redma.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *