Pusat Studi Energi FTI UII Siap Buka Bengkel Motor Listrik Konversi

Electric
Motor listrik konversi Kawasaki Binter Mercy Electric. (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Pusat Studi Energi, Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) siap membuka bengkel motor listrik konversi motor berbahan bakar minyak (BBM). Menyusul keberhasilan membuat dua konversi motor BBM ke listrik yaitu Kawasaki Binter Mercy Electric dan Kawasaki W 175 Electric.

Kedua motor tersebut berhasil menjadi juara dua dan tiga pada Lomba PLN Innovation and Competition in Electricity (ICE) 2022 yang berlangsung di Jakarta, Selasa-Kamis (18-20/10/2022). Proses konversi begitu cepat kurang lebih 5-6 pekan.

Bacaan Lainnya

Husein Mubarok, ST, M Eng, Ketua Tim dan Dosen Program Studi Teknik Elektro FTI UII mengemukakan hal tersebut kepada wartawan di Kampus FTI UII, Selasa (20/12/2022). Husein didampingi Ahmad M Raf’ie Pratama, ST, MIT, PhD, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FTI UII, dan Firdaus, ST, MT, PhD, Ketua Program Studi Teknik Elektro FTI UII di Yogyakarta.

“Kita sudah memiliki rencana buka bengkel konversi. Jadi di FTI, programnya tergabung di Teknik Elektro, Pusat Studi Energi FTI UII. Kita sudah ada road map, beberapa tahun ke depan kita pengin mempunyai bengkel konversi. Klien kita bisa ke sini, mau konversi motor apa pun bisa,” kata Husein.

Lebih lanjut Husein menjelaskan spesifikasi motor konversi sesuai permintaan klien. Kalau klien menginginkan motor konversi jarak jauh, maka akan menggunakan baterai besar. Jika klien menginginkan torsi yang kuat agar mudah menanjak, juga akan dilayani. “Semua bisa dikerjakan. Mau pakai fitur apa, misalnya e-KTP, safety, mau sensor kemiringan,” jelasnya.

Husein memberikan ilustrasi biaya konversi dengan Kawasaki Binter Mercy. Motor ini konsep untuk touring sehingga dipasang baterai berkapasitas besar, motor tangguh. “Binter Mercy ini membutuhkan biaya Rp 30 – 40 juta. Tetapi kalau klien menginginkan motor City untuk di dalam kota, biaya konversi antara Rp 10 – 20 juta,” jelas Husein.

Dari kanan ke kiri : Husein Mubarok, Firdaus dan Raf’ie Pratama saat memberikan keterangan kepada wartawan. (foto : heri purwata)

Dua motor konversi yang berhasil memenangkan lomba merupakan garapan dari dua tim. Tim Enigmatic Knight mengkonversi motor Binter Merzy dan Tim Jawallah mengubah Kawasaki W 175.

Tim Enigmatic Knight terdiri Faris Deoband, Al Haidar Rakha, Agus Setiawan, Hanas M H, Arya Steva, dan M Rasyid Putera. Sedang Tim Jawallah beranggotakan Muhammad Aviv Sabilal Mujtahid, Aga Yanuar Hidayat, Ahmad Fadhlurrahman Sumaryono, Fitri Kurniawati Yudiasti, Muhammad Raihan Alfarij, dan Adli Sami Candra sebagai Ketua Tim.

“Konversi dilakukan mulai dari pengerjaan mesin konvensional. Penyesuaian chasis dan body motor untuk menempatkan komponen-komponen elektris hingga pengujian (test ride) motor listrik,” kata Husein kepada wartawan yang didampingi Ahmad M Raf’ie Pratama, ST, MIT, PhD, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FTI UII, dan Firdaus, ST, MT, PhD, Ketua Program Studi Teknik Elektro FTI UII di Yogyakarta, Selasa (20/12/2022).

Motor listrik konversi ini, tambah Husein, dilakukan Pusat Studi Energi, Jurusan Teknik Elektro FTI UII. Binter Merzy Electric memiliki motor penggerak QS BLDC Mid drive 3 kW (QS138 70H) 6000 rpm maksimal; controller votol EM 150; kapasitas baterai 2,88 kWh (72 V 40 Ah); jarak tempuh 70 km sekali charge penuh; kecepatan maksimal 90 km/jam; daya angkut maksimal 200 kilogram; akselerasi (0-50 km/jam) dalam waktu 5 detik.

Kelebihan Binter Mercy Electric, keyless (motor dapat diaktifkan dengan e-KTP yang sudah didaftarkan. Monitoring dari smartphone dengan sistem Internet of Things (IoT). Memiliki kapasitas baterai yang besar sehingga jarak tempuhnya cukup jauh. memiliki tiga mode kecepatan, dan memiliki safety mesin mati jika standar samping diaktifkan.

“Kekurangan  Binter Mercy Electric, cara pengisian baterai yang sedikit sulit dan tidak fleksibel; bobot motor yang cukup berat; motor belum bisa dikunci stang; dan belum ada saklar on/off mekanis,” kata Husein.

Sedang spesifikasi Kawasaki W 175 Electric, motor penggerak QS BLDC Mid drive 4 kW 4400 rpm maksimal. Controller Votol EM 150; kapasitas baterai 2,88 kWh (72 V 40 Ah); jarak tempuh 70 kilometer sekali charge penuh; kecepatan maksimal 85 km/jam; daya angkut maksimal 150 kilogram; akselerasi (0-50 km/jam) dalam waktu 2,5 detik.

Kelebihan Kawasaki W 175 Electric, keyless (Motor diaktifkan dengan e-KTP yang sudah didaftarkan). Monitoring dari smartphone dengan sistem IoT. Memiliki kapasitas baterai yang besar sehingga jarak tempuhnya cukup jauh. Memiliki tiga mode kecepatan. Memiliki cooling system pada controller sehingga kinerja lebih optimal.

“Kelemahan Kawasaki W 175 Electric, bobot motor yang cukup berat; pembacaan speedometer belum terlalu akurat dikarenakan pembacaan diambil dari controller bukan dari sensor proximity; belum ada sistem safety jika motor terjatuh; posisi berkendara yang belum ergonomis; belum ada saklar on/off mekanis; dan belum dapat dikunci stang,” ujar Husein.

Sementara Raf’ie Pratama menambahkan inovasi ini merupakan inisiatif dari FTI UII, melalui Jurusan Teknik Elektro yang kebetulan akan membuka program magister dalam waktu dekat. Rencana pembukaan magister itu sudah disetujui Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek) dan tinggal menunggu Surat Keputusan (SK).

“Ini merupakan produk kebanggaan kami berhasil meraih juara di PLN ICE 2022. Ini merupakan salah satu upaya kami untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam Kampus Green yang merupakan salah satu Renstra dari UII 2022-2026. Kampus Hijau akan diisi dengan motor listrik, mobil listrik dan memasang beberapa tempat air minum,” kata Raf’ie Pratama. (*)