Prof Ali Ghufron : Tugas Dosen tidak Hanya Mengajar

Prof Ali Ghufron Mukti (kanan) dan Prof Hamam Hadi saat memberikan pengajian di Kampus UAA, Sabtu (10/6/2017). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA — Prof dr Ali Ghufron Mukti, MSc. PhD, Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menandaskan pada bulan Ramadhan, dosen-dosen diharapkan bisa mengambil hikmah dan mentransformasikan diri pada perubahan karakter. Yaitu, perubahan karakter ke arah yang lebih baik untuk bisa tepat waktu, bisa bekerja keras, bekerja cerdas, dan bisa bekerja tuntas.

Ali Ghufron mengemukakan hal tersebut pada pengajian ‘Berkah Ramadhan’ di Kampus Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Sabtu (10/6/2017). Pengajian diikuti Rektor UAA, Prof Dr H Hamam Hadi, MS, ScD, SpGK dan seluruh dosen serta staff di lingkungan kampus tersebut.

Lebih lanjut Ghufron mengatakan dosen harus bisa mengubah kebiasaan yang hanya titik berat mengajar, ke arah suatu perubahan iklim akademik dengan meneliti, menemukan sesuatu yang baru. Selanjutnya, hasil penelitian dituliskan pada jurnal-jurnal ilmiah nasional maupun internasional. “Hasil penelitian tersebut bisa di-link-kan dengan industri,” kata Ghufron.

Selama ini, ujar Ghufron, budaya dosen menulis dinilainya agak rendah. Kalaupun menulis tidak ditujukan pada jurnal-jurnal ilmiah, seperti menulis artikel atau opini di media massa. “Itu pun tidak banyak. Itu bagus, tetapi tidak cukup,” tandas Ghufron.

Menurut Ghufron, seorang dosen dituntut mentransformasikan ilmu dan teknologi. Selain itu, dosen juga harus mengembangkan ilmu dan teknologi yang dimiliki serta menyebarluaskannya. Untuk bisa mengembangkan dan menyebarkan ilmu dan teknologi itu, dosen harus melakukan penelitian, menemukan sesuatu yang baru.

“Sebab Indonesia itu penuh dengan potensi-potensi yang bisa ditemukan. Termasuk anak kecil menemukan listrik di pohon kedondong. Meskipun itu bukan penemuan sumber listrik, tetapi rasa keingintahuan ini yang harus dipupuk dan ditiru,” katanya.

Untuk pembiayaan penelitian, Kemenristekdikti telah menyediakan banyak skema pendanaan. Bahkan tahun 2017 ini, Kemenristekdikti telah melakukan ‘Reformulasi Skema Pendanaan Penelitian di Perguruan Tinggi’. Kebijakan ini diharapkan bisa meningkatkan produktivitas penelitian, meningkatkan efektivitas pengelolaan penelitian, dan meningkatkan kinerja penelitian Perguruan Tinggi.

Prof Hamam Hadi (kiri) dan Prof Ali Ghufron Mukti berduet menyanjikan lagu Tuhan pada pengajian menjelang buka puasa di Kampus UAA, Sabtu (10/6/2017). (foto : heri purwata)

Sementara Rektor UAA, Hamam Hadi mengatakan idealnya setiap dosen pada sètiap saatnya mempunyai aktivitas penelitian. Dari kegiatan penelitian tersebut idealnya setiap dosen bisa menghasilkan dua karya ilmiah per tahun yang terbit di jurnal ilmiah terakreditasi dan syukur terbit di jurnal berreputasi internasional.

Di Kampus UAA, kata Hamam, setiap dosen diwajibkan mengikuti training metodologi penelitian dan merefresh-nya secara periodik. “Dosen UAA setiap tahunnya diwajibkan melakukan penelitian, jika tidak akan di-lock (terkunci) dan tidak boleh membimbing mahasiswa serta dikurangi jam mengajarnya,” tandas Hamam.

Selain itu, kata Hamam, dosen juga diberi dana pengembangan proposal penelitian. Jika menghasilkan karya ilmiah yang terbit di jurnal terakreditasi, atau karyanya diterima untuk presentasi oral di pertemuan ilmiah internasional maka dosen tersebut diberi hadiah insentif plus biaya akomodasi dan transportasi. “Di samping itu ada reward tahunan bagi dosen teladan yang komponen utamanya (bagi dosen) adalah karya penelitian dan karya publikasi ilmiah hasil penelitian,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *