Metode SDBMOM Memudahkan Implementasi Ide Bisnis Jasa

Bambang Suratno saat memberikan keterangan kepada wartawan melalui virtual, Kamis (6/5/2021). (screenshotzoom/heri purwara)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Service Dominant Business Model Operationalization Method (SDBMOM) memudahkan implementasi ide bisnis bidang jasa. Metode SDBMOM ini untuk mendukung Service-Dominant Logic (SDL) atau pola pikir yang mampu menghasilkan banyak peluang untuk berinovasi dan merancang model bisnis jasa yang berfokus pada jejaring.

Demikian benang merah desertasi Bambang Suratno, ST, MT, PhD, Dosen Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) yang disampaikan kepada wartawan di Yogyakarta, Kamis (6/5/2021). Bambang Suratno baru saja menyelesaikan studi program S3 di Eindhoven University of Technology, Belanda. Selain Bambang Suratno, juga hadir sebagai nara sumber Muhammad Ragil Suryoputro, ST, MSc, Sekretaris Jurusan Teknik Industri FTI UII.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Bambang menjelaskan satu masalah umum dalam desain dan implementasi model bisnis adalah terbatasnya dukungan metodologi dalam memandu operasionalisasi model bisnis ke dalam proses bisnis dan sistem informasi. Masalah ini juga ada dalam konteks SDL dan bahkan mungkin lebih banyak jika dibandingkan dengan kasus non-SDL. “Sebab model bisnis yang berbasis jasa memerlukan proses bisnis yang mengintegrasikan kolaborasi antara banyak pihak,” kata Bambang.

SDBMOM, kata Bambang, dikembangkan sebagai bagian dari framework rekayasa bisnis BASE/X. SDBMOM dapat memberikan dukungan konseptual dan metodologis untuk mengadopsi SDL, khususnya terkait desain dan operasionalisasi model bisnis menyeluruh.

“Pengembangan SDBMOM mengikuti metodologi penelitian Design Science Research. Tahap awal adalah menentukan masalah dan serangkaian tujuan desain. Kemudian mengembangkan dan merancang artefak, yaitu metode SDBMOM,” jelasnya.

Sedang tahap akhir, kata Bambang, mengevaluasi validitas dan utilitas artefak tersebut. SDBMOM dikonseptualisasikan dalam framework BASE/X dan disajikan sebagai metode bertahap (step-wise method) yang mengandalkan konsep dan elemen pendekatan pemodelan proses yang sangat cukup dikenal dalam industri, yaitu Business Process Modeling Notation (BPMN) atau suatu metode pemodelan proses bisnis.

Bambang mencontohkan jalan-jalan di sekitar stadion Amsterdam selalu mengalami kemacetan saat ada pertandingan sepakbola. Berbagai pihak mengusulkan agar jalan-jalan diperlebar. Namun usulan itu membutuhkan beaya yang tidak sedikit sehingga tidak mungkin dilaksanakan.

Kemudian Tim yang menggunakan pendekatan metode SDBMOM, dapat menemukan solusinya. Penyebab kemacetan adalah kedatangan penonton yang jumlahnya banyak bersamaan, sehingga jalan tidak mampu menampung arus lalu lintas.

Tim bekerjasama dengan pengelola parkir dan penjual makanan di sekitar stadion. Tim menawarkan jadwal kedatangan penonton mulai dari 3 jam, 2 jam, 1 jam sebelum pertandingan. Bagi mereka yang datang 3 dan 2 jam sebelum pertandingan diberikan parkir gratis.

“Namun pengelola parkir tidak bisa memberikan gratis, tetapi hanya diskon. Kemudian Tim menawarkan kerjasama kepada cafe dan mereka mau menanggung ongkos parkirnya. Karena penonton dijamin makan dan minum di cafenya,” kata Bambang.

Menurut Bambang, metode SDBMOM disusun secara terstrukur dengan tujuan agar model bisnis dapat dioperasionalisasikan secara keseluruhan. Metode ini juga menggambarkan ruang lingkup operasional dan batas-batas untuk para pemangku kepentingan yang menciptakan nilai secara bersama-sama (value co-creation) dalam jejaring bisnis berbasis jasa tersebut.

Selain itu, metode ini memberikan dasar untuk spesifikasi model proses konseptual dan juga model proses yang dapat dieksekusi. Pada akhirnya, metode ini juga memfasilitasi agar luarannya kemudian dapat diimplementasikan dalam sistem informasi, khususnya yang berbasis proses.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *