Masyarakat Masih Berpandangan Digital Forensik Tugas Aparat

Yudi Prayudi
Yudi Prayudi saat memberikan penjelasan kepada wartawan. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Pemahaman masyarakat saat berbicara digital forensik, masih memandang jika hal tersebut merupakan tugas aparat. Saat ini, minat masyarakat untuk mempelajari digital forensik ada, tetapi pemikiran keamanan digital itu tugas aparat. Sehingga hal ini menjadi tantangan bagi penggiat digital forensik untuk mengubah persepsi masyarakat.

Demikian diungkapkan Dr Yudi Prayudi, SSi, MKom, Dosen Jurusan Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) saat mendampingi Isriade Putra MKom memaparkan tesisnya kepada wartawan secara virtual Sabtu (15/12/2023). Isriade Putra, Alumni Konsentrasi Forensika Digital Program Studi (Prodi) Magister Informatika FTI UII meneliti ‘Live Forensics untuk mengenali karakteristik serangan File Upload guna meningkatkan keamanan Web Server.’

Bacaan Lainnya

“Digital forensik tidak hanya untuk aparat saja, tetapi di industri-industri juga dibutuhkan. Sehingga perlu ditumbuhkan eco system agar masyarakat lebih terdorong untuk menguasai digital forensik,” kata Yudi Prayudi yang juga Kepala Pusat Studi Forensika Digital UII.

Digital forensik, kata Yudi, merupakan aktivitas penyelidikan yang dilakukan untuk menemukan bukti digital yang akan memperkuat atau melemahkan bukti fisik dari kasus kejahatan digital. Industri yang membutuhkan Digital Forensik itu banyak. Contohnya, industri asuransi, karena ada upaya-upaya klaim palsu. Perbankan, ada fraud dan sebagainya.

Di Indonesia, kata Yudi, sumber daya manusia (SDM) Digital Forensik baru bergerak dari sisi akademik, dan praktisi. Ia memprediksikan Digital Forensik akan semakin dibutuhkan menunggu moment-moment yang menguatkan ecosystem digital forensik.

“Industri forensik lain, misalnya di hardware dan software, belum banyak berkembang. Hardware kita masih dikuasai oleh luar negeri. Kalau ini bisa ditangkap sebagai peluang, bisnis di Indonesia akan lebih banyak orang yang terlibat di dalam digital forensik, tidak hanya praktisi, dan akademisi. Tetapi juga orang-orang yang berkecimpung di dalam industri digital forensik,” kata Yudi. (*)