Mahasiswi Farmasi UII Raih Best Oral Presentation di Jepang

Yoga Febriana memperlihatkan sertifikat Best Oral Presentation ICPPS di Tokyo Jepang, akhir Maret 2019. (foto : istimewa)

YOGA FEBRIANA  tidak menyangka dirinya bakal meraih penghargaan Best Oral Presentation pada ICPPS (International Conference on Pharmacy and Pharmaceutical Sciences) 2019. Pasalnya, saingan pada ICPPS yang digelar di Meiji University Tokyo, Jepang, akhir Maret 2019 lalu, dosen yang bergelar S3 dan profesor. Ilmu atau topik yang mereka presentasikan sudah tinggi dan belum masuk ke Indonesia.

Sedangkan Yoga Febriana masih mahasiswi Farmasi FMIPA UII (Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia). Ia menjadi satu-satunya peserta yang berstatus mahasiswa dari 15 orang. “Saya menjadi deg-deg-an, minder. Saya masih mahasiswa sendiri. Bahasa Inggris saya juga tidak terlalu lancar,” kata Yoga kepada wartawan jogpaper.net di Kampus FMIPA UII Yogyakarta, Jumat (12/4/2019).

Tampaknya, bagi Yoga, presentasi di nomor paling akhir justru menjadi berkah baginya. Sebab Yoga bisa mendengarkan presentasi peserta yang lebih dulu dan mempersiapkan diri sebelum presentasi. Yoga juga mendengar presentasi salah satu peserta yang Bahasa Inggris-nya kurang lancar.

Hal ini membuat Yoga menjadi lebih percaya diri. Yoga juga mempersiapkan catatan ringkas dengan harapan bisa dibaca saat lupa menjelaskan pada presentasi. Yoga mempresentasikan hasil penelitian berjudul ‘Green Synthesis and Characterization of Gold Nanoparticles Fig Leaf (Ficus Carica L.) Extract.’

Dijelaskan Yoga, nanopartikel emas menjadi terobosan baru dan banyak digunakan sebagai media untuk mengobati penyakit. Sebagian besar sintesis nanopartikel emas berasal dari senyawa kimia yang beracun dan tidak ramah lingkungan. Kandungan flavonoid pada daun Tin diduga dapat digunakan sebagai agen pereduksi dalam pembentukan nanopartikel emas.

Saat presentasi, kata Yoga, catatan ringkas diletakan di atas meja dengan harapan akan dibaca ketika lupa. Tetapi Yoga menjelaskan presentasinya dengan lancar sehingga tidak sempat membaca catatan ringkas.

Ngomong apa yang sudah saya pahami dan ada di slide. Mungkin karena saya sudah memahami PPT itu yang membuat saya dinobatkan sebagai Best Oral Presentation. Perasaannya, senang dan terharu. Baru pertama kali sudah berhasil,” kata Yoga dengan perasaan bangga.

Kata Yoga, untuk bisa presentasi di luar negeri membutuhkan perjuangan yang keras. Selain pemilihan topik penelitian, juga biaya untuk pendaftaran, perjalanan menuju ke Tokyo Jepang. Sebetulnya ada 18 judul penelitian dari Program Studi Farmasi FMIPA UII yang bisa diikutsertakan pada ICPPS 2019. Namun hanya lima orang yang berangkat ke Jepang.

“Kendalanya pada biaya. Sebab pendaftarannya sendiri setiap judul penelitian Rp 6 juta. Alhamdulillah saya mendapat bantuan dari Prodi, Fakultas dan Universitas,” kata Yoga.

Karena itu, Yoga berpesan kepada adik-adik mahasiswa agar memanfaatkan hasil penelitian. “Kalau mau ke luar negeri jangan takut duluan. Terutama soal biaya. Kita harus optimis kita berusaha semaksimal mungkin mencari sponsor. Mencari bantuan dari Prodi, Dekan maupun Rektorat. Memang tidak semua ditanggung, tetapi setidaknya dibantu,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *