YOGYAKARTA — Selama ini, pelatihan atau transfer ilmu menggunakan buku, modul, atau video tutorial. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, pelatihan tersebut dinilai kurang efektif. Kini menggunakan aplikasi ‘Live Training 1.0 Jakarta,’ dosen, guru, ustad, praktisi dan lain-lain dapat membuat buku, modul atau video tutorial dengan mudah.
“Bukan hanya itu, buku, modul atau video tutorial yang dibuat menggunakan aplikasi Live Trining 1.0 Jakarta dapat diakses melalui internet di segala penjuru Tanah Air. Bahkan di daerah yang belum 4G saja masih bisa diakses, karena filenya kecil,” kata Eko Satrio, Founder Live Training 1.0 Jakarta di Yogyakarta, Senin (25/9/2017).
Dijelaskan Eko, selama ini proses pembuatan buku relatif lama. Sebab penyusunan buku harus melalui proses editing, cetak, dan distribusi. Demikian pula pembuatan video tutorial membutuhkan waktu relatif lama pada proses rendering yaitu proses membangun gambar dari sebuah model melalui program komputer.
“Baik buku dan atau video tutorial tidak dinamis. Artinya setiap muncul versi baru aplikasi harus dibuatkan versi barunya. Tidak bisa multi-bahasa dalam satu format,” tandas Eko Satrio.
Berangkat dari kelemahan tersebut, Eko Satrio mengembangkan aplikasi ‘Live Training 1.0 Jakarta’ untuk mengatasinya. Dengan aplikasi ini, satu konten bisa dibuat untuk multi-versi dan bahkan multi-bahasa.
“Saya optimis, dalam jangka panjang, aplikasi ini bisa mencuri share market google dan youtube, khususnya dalam kategori materi pelatihan/pengajaran/transfer knowledge dalam bidang IT (aplikasi). Selain itu, bisa menggantikan peran dari e-learning yang lebih efektif dan lebih fleksibel untuk menghadapi berbagai kebutuhan yang lebih kompleks,” tandas Eko.
Sedangkan jangka pendek, aplikasi karya anak bangsa Indonesia ini akan menggantikan peran dari buku, baik buku cetak maupun buku elektronik tentang pelatihan/pengajaran/transfer knowledge dalam bidang IT (aplikasi). Juga bisa menggeser peran dari video tutorial yang sangat kaku dan tidak fleksibel.
Ditandaskan Eko, aplikasi ini belum ada di dunia dan baru satu-satunya ada di Indonesia. “Seandainya Microsoft, Google dan raksasa software lain sudah membuat, semestinya dan seharusnya sudah dikeluarkan sejak lama. Namun hingga saat ini belum ada,” tandas Eko.