Dosen UP 45 Edukasi Penggunaan Gadget Sehat

Siswa SMP Negeri 9 Yogyakarta saat mengikuti pendidikan penggunaan Gadget Sehat di Yogyakarta, Jumat (2/8/2019). (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Dua dosen Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi (UP) 45 Yogyakarta, Dr Arundati Shinta, MA dan Fx Wahyu Widiantoro, SPsi, MA, memberikan edukasi penggunaan gadget sehat kepada siswa SMP Negeri 9 Yogyakarta, Jumat (2/8/2019). Pendidikan ini dimaksudkan untuk mencegah tindak kekerasan seksual akhir-akhir ini. Salah satu penyebabnya, penggunaan gadget yang tidak sehat.

Dijelaskan Arundati, kegiatan dengan topik ‘Edukasi Anti Kekerasan di Sekolah Kota Yogyakarta’ ini diselenggarakan Pemerintah Kota Yogyakarta bekerjasama dengan UP 45. Kegiatan ini dilaksanakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Yogyakarta.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Arundati, mengatakan metode edukasi ini memacu setiap peserta untuk aktif terlibat secara langsung sebagai proses dalam memahami materi yang disajikan. Acara yang diikuti 100 peserta didik dibagi dalam dua sesi dan dibentuk dalam kelompok-kelompok diskusi.

“Mereka bertugas menjawab enam pertanyaan yang mengembangkan kesadaran tentang aktivitas terkait penggunaan gadget. Seusai diskusi, peserta diharapkan mampu merumuskan penggunaan gadget secara sehat,” kata Arundati.

Peserta yang duduk di bangku kelas 8 ini menyatakan memiliki gadget dalam bentuk smartphone. Mereka mengunakan smartphone setidaknya lima jam setiap hari. Sedang aplikasi yang digunakan yaitu media sosial sepeti facebook, instagram, whatsapp, youtube.

Salah satu siswa mengungkapkan bahwa merasa senang dengan berlama-lama menggunakan smartphone. Dia merasa janggal dan enggan meninggalkan smartphone bila bepergian. Teguran dari orang tua untuk tidak sering menggunakan smartphone pun juga seringkali didengar. Ia berhenti sebentar dan kemudian berlanjut tetap menggunakan smartphone lagi.

Siswa lainnya mengungkapkan tidak mampu membatasi penggunaan gadget dengan berbagai alasan. Di antaranya, terdapat hal positif dari gadget, memperoleh informasi dari internet dalam mengerjakan pekerjaan rumah, memperluas wawasan dan pergaulan sosial, orang tua dan keluarga mereka juga menggunakan gadget, gadget dibutuhkan sebagai media berkomunikasi dengan keluarga.

“Upaya pencegahan agar tidak menggunakan gadget secara berlebihan antara lain yaitu matikan notifikasi, gunakan seperlunya, perbanyak aktivitas interaksi sosial, fokus dengan aktivitas positif, matikan sebelum tidur, hindari penggunaaan saat berkendara,” kata Arundati.

Arundati memberikan materi Pencegahan Kekerasan Seksual pada dan oleh Anak. Peserta dipisah antara kelompok siswa laki dan kelompok siswa perempuan. Peserta dibimbing agar lebih mampu memahami kondisi tubuhnya, kondisi tubuh lawan jenisnya, serta menjaga dan menghindarkan diri dari kekerasan seksual.  “Tidak perlu merasa malu membicarakan seks dalam keluarga. Bertanyalah kepada ayah dan ibu untuk mendapatkan informasi yang tepat daripada bertanya pada teman tentang seks,” kata Arundati.

Sementara Wahyu menilai penggunaan gadget secara berlebihan tidak tepat. Hal ini akan menjadikan seseorang bersikap tidak peduli pada lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.

“Dampak yang sering dialami dan cenderung tidak disadari pengguna gadget secara berlebihan yaitu potensi stress berpengaruh pada emosi yang tidak stabil, kurang fokus dalam mengerjakan aktivitas, interaksi sosial terganggu, insomnia, produktivitas menurun yang ditunjukkan dengan nilai prestasi belajar yang tidak optimal,” tambah Wahyu.

Menurut Wahyu, kekerasan seksual bisa terjadi baik di rumah maupun sekolah. Kekerasan seksual di sekolah, berupa kata-kata yang melecehkan yang berdampak pada rasa tidak menyenangkan hingga tindakan pemaksaan secara fisik.

“Penting bagi setiap siswa untuk menanamkan rasa malu, mengembangkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada perempuan, menjaga kebersihan diri, mandiri, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang memperhatikan tentang etika sopan santun,” tandas Wahyu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *