PERAN ERIKO ELSA DAJE, sebagai Ketua Tim D’Sava dalam membangkitkan semangat anggota tim berkompetisi di The 11th International Invention, Innovation and Design (INDES) 2022 sangat besar. Daje berhasil membangkitkan optimisme Tim D’Sava sehingga dapat meraih penghargaan tertinggi, Gold Award di ajang kompetisi yang diselenggarakan Universiti Teknologi Mara, Cawangan Perak, Malaysia, Selasa-Jumat (14-25/11/2022).
Daje menceritakan untuk persiapan kompetisi INDES 2022, Tim D’Sava mengalokasikan waktu dua pekan sebelum penutupan pendaftaran. Tim D’Sava merupakan kolaborasi mahasiswa D3 Analisis Kimia Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan D4 Analisis Keuangan Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE), Universitas Islam Indonesia (UII).
Namun di luar perkiraan Tim D’Sava, ternyata percobaan yang dilakukan pada pekan pertama mengalami kegagalan. Kegagalan ini membuat anggota Tim D’Sava merasa pesimis dalam mengikuti kompetisi internasional tersebut. Selain kegagalan percobaan, kepesimisan juga disebabkan INDES yang merupakan kompetisi internasional tahunan tersebut diikuti ratusan peserta dari berbagai negara.
Bagi Daje yang sudah sering mengikuti berbagai kompetisi, tidak mau larut dalam kepesimisan. Daje berupaya dan berhasil menyakinkan teman-teman satu timnya untuk bangkit dan mencoba lagi di pekan terakhir sebelum penutupan pendaftaran.
Daje meminta teman-temannya agar tidak takut kalah. Sebab kalah menang merupakan hal yang biasa dalam sebuah kompetisi. “Pekan terakhir sebelum penutupan, kami berhasil menciptakan produk ini,” jelas Daje.
Setelah berhasil, kata Daje, Tim D’Sava membuat video presentasi pada satu hari sebelum penutupan pendaftaran. Dalam video diceritakan D’Sava memfokuskan pembuatan edible plastik yang biasa digunakan untuk pembungkus bumbu makanan instan seperti mie instan, dan produk makanan instan lainnya. Bahan yang digunakan kulit singkong, aloe vera atau lidah buaya, cuka dan gliserin.
Kulit ketela, jelas Daje, mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral. Sedangkan lidah buaya mengandung antioksidan. Sehingga edible plastik D’SAVA ini memiliki sejumlah keunggulan. Di antaranya, mudah terdegradasi, ramah lingkungan, bisa dimakan, kaya nutrisi, tidak mencemari lingkungan, memanfaatkan kulit sisa industri singkong, berperan dalam mengawetkan bumbu dari kandungan aloe vera-nya.
Plastik yang beredar saat ini menggunakan bahan dasar polimer sintetis sehingga sulit terdegradasi (terurai) dan dapat mencemari lingkungan. Selain itu, kandungan kimia pada plastik juga berbahaya bagi kelangsungan hidup lingkungan. “Plastik biasa membutuhkan waktu 50 tahun untuk terurai secara alami. Sedang plastik D’Sava akan terurai secara alami setelah satu bulan,” kata Daje.
Plastik D’Sava merupakan plastik yang terbuat dari polimer alami yaitu pati dari kulit singkong. Plastik ini mudah terdegradasi, jika dibiarkan di ruang terbuka, hanya dalam waktu satu bulan plastik sudah mulai tergeradasi. Bahan tambahan juga tidak berbahaya bagi lingkungan dan manusia.
” Alhamdulillah, inovasi D’Sava ini berhasil mendapatkan Gold Award di INDES 2022,” kata Daje dengan bangga.
Semangat dan optimisme yang dimiliki Daje ini berkat seringnya mengikuti berbagai kejuaraan atau perlombaan. Di antaranya, menjadi Juara 1 video layanan masyarakat nasional pada Kompetisi Labma Social Campaign Fair (LSCF) UII, tanggal 14 Juni – 13 Agustus 2022. Sebagai finalis paper pada Public Health International Competition Universitas Airlangga (PHIC Unair) tanggal 14-16 Oktober 2022.
Prestasi lain, sebagai Finalis Presentasi Business Plan FMIPA UII, tanggal 4 Agustus 2022. Finalis Debat Bahasa Indonesia pada Festival Mahasiswa Nasional (FESMANAS) yang diselenggarakan Universitas Mercu Buana Yogyakarta, tanggal 14 November 2022.
Selain berhasil menjadi juara, Daje juga mengungkapkan ada beberapa lomba yang diikutinya tidak menjadi juara. Di antaranya, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI), dan Proposal Bisnis Plan.
Menurut Daje, dengan mengikuti berbagai kompetisi, dirinya mendapat banyak pengalaman dan itu merupakan tujuannya. Selain itu, Daje bisa mengenal karakteristik mahasiswa dari berbagai universitas. Daje juga bisa belajar dari peserta lain yang mengikuti kompetisi.
“Saya menjalani kompetisi dengan santai, tapi tetap optimis atas pencapaian yang akan saya dapatkan. Untuk penghargaan emas dan juara yang saya dapatkan, itu merupakan hasil dari pada proses tersebut,” ungkap Daje.
Dalam berorganisasi, Daje selalu terpilih sebagai ketua. Saat ini, Daje menduduki Ketua Angkatan Analisis Kimia 2020, sehingga sudah terbiasa memimpin teman-temannya. “Pengalaman ini juga merupakan modal untuk menjadi leader dalam setiap kompetisi,” tambah Daje.
Eriko Elsa Daje merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Orangtuanya bernama Dano dan Jemi tinggal di Desa Prapag Kidul, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa tengah.
Ketika duduk di bangku SMA, Daje memiliki minat di bidang sastra dan pernah menjadi juara pada beberapa lomba yaitu video, puisi, dan story telling. Tetapi juga senang di bidang sains. Setelah lulus, Daje berupaya masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN, namun gagal.
Kemudian Daje melihat masih ada universitas terbaik yang membuka pendaftaran yaitu UII. “Saya cek biaya kuliah di UII ternyata mahal. Tetapi, di Analisis Kimia merupakan Prodi dengan biaya kuliah yang terjangkau dan relevan dengan minat saya. Akhirnya, masuklah saya di Analisis Kimia,” kenang Daje yang juga mempertimbangkan kemampuan keuangan orangtuanya.
Saat ini, Daje duduk di semester lima, hingga semester empat Indek Prestasi Komulatif (IPK)-nya, 3,41. “Mungkin ini terendah di kelas saya. Tetapi saya yakin kemampuan saya lebih baik. Rencana setelah lulus, ingin bekerja terlebih dahulu sesuai bidang untuk mencari lebih banyak pengalaman. Jika serasa sudah cukup, Insya Allah saya ingin melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” tandas Daje. (*)