APTISI DIY Susun Strategi untuk Atasi Penurunan Jumlah Mahasiswa Baru

Fathul Wahid
Ketua APTISI DIY, Prof Fathul Wahid saat menyampaikan sambutan pada diskusi APTISI di Kampus UII Yogyakarta, Kamis (4/1/2024). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta INdonesia (APTISI) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar diskusi untuk mengatasi segala permasalahan, terutama menurunnya jumlah mahasiswa baru yang kuliah di DIY. Diskusi mengangkat tema ‘Perguruan Tinggi Swasta DIY Maju Bersama’ dan seusai diskusi dilanjutkan dengan Musyawarah Wilayah APTISI DIY di Kampus Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis (4/1/2024).

Diskusi menampilkan pembicara Dr Ir Paiman MP, Rektor Universitas PGRI Yogyakarta (UPY); Dr Warsiti Skp, MKep, SpMat, Rektor Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta; Drs Sururi MBA, Ak, CA, Direktur Politeknik YKPN Yogyakarta. Sedang modetor Drs Johanes Eka Priyatma MSc, PhD, dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Bacaan Lainnya

Ketua APTISI Wilayah V DIY, Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD mengungkapkan tantangan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) ke depan semakin berat. Karena itu dibutuhkan kesadaran kolektif seluruh PTS di DIY agar permasalahan ke depan dapat teratasi.

“Saya percaya, kalau permasalahan kita hadapi bersama-sama akan menjadi lebih mudah. Karena itu, diskusi ini mengangkat tema Maju Bersama. Saat ini, di DIY ada lebih dari 100 PTS dengan berbagai variasi bentuk, variasi ukuran. Tetapi kita mempunyai irisan-irisan besar sehingga bisa dijadikan pijakan untuk berkembang di masa mendatang,” kata Fathul Wahid yang juga Rektor UII Yogyakarta.

Menurut Sururi, permasalahan yang dihadapi PTS di wilayah DIY di antaranya bermunculan PTS-PTS baru dan ada di setiap kota di Indonesia. Sehingga Sururi mengibaratkan saat ini perguruan tinggi sudah seperti layaknya SMA yang ada di setiap kota. “Jadi semula mahasiswa dari berbagai kota hadir ke Yogyakarta memilih kuliah di kota masing-masing dengan berbagai pertimbangan,” kata Sururi.

Sururi (kanan) saat menyampaikan materi pada Diskusi APTISI DIY. (foto : heri purwata)

Selain kehadiran perguruan tinggi di berbagai kota, faktor lain yang menyebabkan mahasiswa tidak ke Yogyakarta karena ada perguruan tinggi negeri (PTN) yang gencar mencari mahasiswa layaknya PTS. “Universitas Tidar Magelang itu melakukan promosi dengan mengunjungi sekolah-sekolah, UNY mengundang sekian banyak kepala sekolah untuk sosialisasi,” kata Sururi.

Sururi mengusulkan ada tujuh kunci sukses perguruan tinggi swasta. Pertama, mendidik bukan hanya transfer ilmu dan melatih ketrampilan. Kedua, perguruan tinggi swasta harus menjadi terdepan dalam inovasi pendidikan. Ketiga, jumlah mahasiswa memiliki rasio yang memadahi.

Keempat, memiliki kekuatan pendanaan. Kelima, produktivitas karya akademik mempunyai manfaat nyata. Keenam, PTS harus terlibat aktif di masyarakat atau industri. Ketujuh, PTS dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang tepat dan kondusif. (*)