UII Terima Hibah Seperangkat Gamelan dan Wayang Kulit

Wayang
Rektor UII menerima tokoh wayang sebagai tanda hibah. (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET –– Universitas Islam Indonesia (UII) menerima seperangkat gamelan dan wayang kulit dari keluarga mantan Ketua Perkumpulan Dalang di Kabupaten Sleman, R Mudjoko Rachmat Soerodirjo. Penyerahan hibah dilaksanakan di Auditorium Lantai 5 Gedung KHA Wahid Hasyim Fakultas Ilmu Agama Islam Kampus Terpadu UII Yogyakarta, Jumat 13/10/2023).

Wakil Keluarga, Wahyudi Afrizal SPsi, cucu R Mudjoko Rachmad Soerodirjo mengucapkan terima kasih UII mau menerima hibah gamelan dan wayang kulit. “Beliau (almarhum R Rachmad,red) memiliki keinginan besar suatu saat gamelan dan wayang itu akan dihibahkan pada instansi, khususnya di wilayah Sleman. Secara histori, eyang Rahmad itu merupakan Ketua Perkumpulan Dalang di wilayah Sleman,” kata Wahyudi.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Wahyudi mengatakan seperangkat gamelan dan wayang kulit ini sudah lama parkir di rumahnya. Waktu itu keluarga berpandangan, kalau gamelan dan wayang hanya parkir di rumah maka nilai manfaatnya hilang dan tidak bisa dirasakan masyarakat sekitar.

“Harapan kami, gamelan dan wayang ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat kampus dan sekitarnya sehingga memiliki manfaat yang lebih luas. Semoga ini bisa menjadi amal jariah eyang tercinta,” kata Wahyudi.

Sedang Rektor UII, Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD mengatakan hibah gamelan dan wayang kulit ini merupakan kehormatan yang luar biasa bagi UII. Rektor berharap UII yang mendapat amanah ini bisa merawat dan memelihara sekaligus memanfaatkannya.

Pada serah terima ini, UII menyelenggarakan pementasan gamelan. Ada 11 gending yang ditampilan pada acara serah terima, satu gending Ladrang Langen Asmoro Laras Pelog Pethet 6 pada pra acara. Gending ini menggambarkan keindahan, kebahagiaan, dan kasih sayang antar insan manusia.

Selanjutnya 10 gending Slendro dan Pelog yaitu Ladrang, Dongo Pamuja, Nyebut Gusti, Makaryo, Srepeg Rukun Iman, Solawat (Slendro). Geding Pelog, Bhineka Tunggal Ika, Kaji, dan Panuwun. Sedang gending panutup Syahadat.

Setelah menerima hibah gamelan, kata Fathul Wahid, UII ingin membentuk tim pengrawit. Waktu itu dibuka pengumuman di media sosial, ternyata peminatnya sangat banyak. “Saya posting di Facebook saya dalam hitungan menit, sudah terpenuhi quotanya,” kata Fathul.

Menurut Fathul, budaya bukan barang baru bagi UII. Tetapi sudah ada sejak berdiri. Ketika itu, Masyumi yang mendirikan UII berkeinginan membentuk lembaga budaya. Namun tidak berhasil. “Kemudian tiga tahun yang lalu, ide besar itu dirawat dan disemai oleh Yayasan Badan Wakaf UII dan terbentuk Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada atau Kalimat Syahadat,” katanya.

Kehadiran budaya, tambah Fathul, akan menyeimbangkan penggunaan otak kanan dan kiri. Selama ini civitas akademika selalu menggunakan otak kiri dalam kegiatan kampus. Karena itu, kehadiran gamelan dan kegiatan kebudayaan lainnya lebih banyak menggunakan otak kanan. “Apalagi saat ini kesehatan mental mahasiswa terganggu, juga para dosen. Kita akan mengadakan workshop mengajar dengan humor. Sehingga kehadiran gamelan ini akan menyehatkan kesehatan mental warga kampus,” katanya.

Sementara Dra Purwiati, Kepala Taman Budaya yang mewakili Kepala Dinas Kehudayaan DIY mengharapkan civitas akademika UII yang sudah berlatih gamelan dan wayang kulit dapat mementaskannya. “UII dapat pentas di panggung terpanjang dari Tetek hingga Titik Nol Malioboro,” kata Purwiati.

Purwiati mengatakan kehadiran gamelan akan mempererat hubungan sosial, hubungan emosional. Sebab untuk membunyikan gamelan membutuhkan kerjasama banyak orang. “Kerjasama dalam menabuh gamelan akan menimbulkan suara dan dinamika yang sangat indah,” katanya. (*)