UII Gelar Pembacaan Puisi UIISorenyastra #1 Manusia dan Agama

Puisi
Ipan Pranasakti dari Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII saat membacakan puisinya. (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar pembacaan puisi bertajuk UIISorenyastra di Selasar Gedung Mohammad Hatta Perpustakaan Pusat UII, Jumat (24/3/2023). Edisi perdana UIISorenyastra mengangkat tema ‘Manusia dan Agama’ diikuti 77 peserta yang terdiri 38 mahasiswa, 28 dosen, 10 tenaga kependidikan (Tendik), dan satu alumni.

Dijelaskan Panitia UIISorenyastra, Rifqi Sasmita Hadi animo warga UII untuk berpartisipasi pembacaan puisi edisi perdana sangat tinggi. Pembacaan puisi ini dilaksanakan selama 90 menit, pukul 15.30–17.00 WIB.

Bacaan Lainnya

Pembacaan puisi, kata Rifqi, dilakukan berdasar pada urutan kedatangan di lokasi dan mengisi presensi. Pengisian daftar hadir dilakukan mulai pukul 15.00 WIB di lokasi kegiatan. “Tidak semua peserta berkesempatan membacakan puisi, mengingat durasi waktu kegiatan,” kata Rifqi.

Puisi yang dibacakan peserta, tambah Rifqi, merupakan karya yang telah diunggah pada tautan uii.id/sorenyastra dengan batas akhir pengumpulan Rabu 22 Maret 2023. “Pembacaan puisi tidak dapat diwakilkan, puisi yang dibacakan adalah asli hasil karya peserta yang bersangkutan. Meski tidak semua peserta yang hadir dalam pembacaan puisi berkesempatan membacakan karyanya, namun seluruh puisi yang terkumpul akan dibukukan dalam bentuk digital,” tandas Rifqi.

Rektor UII, Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD mengatakan pembacaan puisi ini diharapkan tidak hanya sekali. Tetapi direncanakan setiap bulan akan diadakan pembacaan puisi. “Kita kemas dengan acara santai melibatkan warga UII, dengan tema yang berbeda-beda setiap bulannya,” kata Fathul.

Tema pembacaan puisi perdana ini ‘Manusia dan Agama’ karena bertepatan dengan Bulan Ramadhan 1444 H. “Bulan depan kita mencari tema yang pas, dan berharap pesertanya semakin banyak,” katanya.

Menurut Fathul, pembacaan puisi ini akan memberikan nuansa yang berbeda di lingkungan kampus. “Kampus sudah lama kering, sehingga kita perlu yang lebih santai, rilek, mengakrabkan untuk semua warga. Sehingga tidak ada lagi jarak antara dosen, Tendik, dan mahasiswa. Ini upaya menuju UII sebagai kampus budaya,” ujarnya. (*)