Rektor UII : Kecakapan Bisa tak Relevan dengan Perkembangan Zaman

Wisuda
Rektor UII mewisuda lulusan di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII, Sabtu (18/3/2023). (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Fathul Wahid, ST, MSc, PhD mengingatkan kecakapan wisudawan kemungkinan dalam waktu dekat bisa tidak relevan dengan perkembangan zaman. Jika hal ini terjadi dan disadari, lulusan UII harus berani melupakan apa yang sudah kita pelajari (unlearn) karena sudah tidak relevan dan menggantinya dengan kecakapan baru (relearn) yang dibutuhkan.

Rektor UII mengemukakan hal tersebut pada Wisuda Doktor, Magister, Sarjana dan Diploma Periode IV Tahun Akademik 2022/2023, di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII Yogyakarta, Sabtu (18/3/2023). UII mewisuda sebanyak 622 lulusan dari berbagai jenjang, terdiri 11 ahli madia, 506 sarjana, 99 magister, dan enam doktor. Sampai hari ini, UII telah menghasilkan lebih dari 110.000 lulusan.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Fathul Wahid mengatakan untuk menjamin relevansi keberadaan lulusan UII di masyarakat dan memastikan memberikan kontribusi terbaik, pilihannya tidak banyak. Salah satunya, terus belajar dari beragam sumber, dengan berbagai cara.

Fathul juga mengingatkan ketidakpastian menjadi satu-satunya yang pasti di masa depan. Namun hal tersebut harus dilihat dengan perspektif yang positif dan lebih rileks. Salah satunya, menggunakan rasa humor. “Selingan humor sehat dalam kadar yang pas untuk menjaga emosi positif akan sangat bermanfaat di tempat kerja dan juga di tempat interaksi sosial lainnya,” kata Fathul.

Ada empat kegunaan humor dalam kehidupan bermasyarakat. Pertama, selera humor bisa meningkatan kuasa (power) seseorang, karena akan meningkatkan persepsi terhadap status dan kecerdasan, mempengaruhi perilaku dan pengambilan keputusan, serta menjadikan ide lebih mudah diingat.

Berdasarkan penelitian, kata Fathul, pimpinan yang mempunyai selera humor dipandang 27% lebih memotivasi dan dikagumi, dibandingkan dengan yang tidak. Bawahan 15% lebih tertarik untuk melibatkan diri. Tim pimpinan yang humoris dua kali lebih baik dalam memecahkan tantangan kreativitas, dan ujungnya, kinerja menjadi lebih baik.

Kedua, selera humor juga meningkatkan hubungan (bond) karena mempercepat rasa percaya dalam membangun hubungan dan membuat lebih puas dengan hubungan yang terjalin sejalan dengan waktu. Tertawa bersama ternyata juga mempercepat kedekatan dan kepercayaan.

“Hal ini akan menjadikan mereka yang sering berbagi kebahagiaan bersama menjadi sahabat dekat. Sahabat dekat di tempat kerja ternyata mempengaruhi kinerja. Salah satu penjelasannya adalah bahwa gaji bukan satu-satunya alasan seseorang bersemangat dalam bekerja.

Ketiga, selera humor juga meningkatkan kreativitas (creativity). Humor akan membantu menghubungkan berbagai hal yang terlewat dan menjadi lebih merasa aman menyampaikan ide-ide tidak konvensional dan yang berisiko.

“Ternyata, selain memberikan perasaan bahagia, senyum juga bisa membuat orang meningkatkan kemampuan berpikir secara holistik. Orang yang tersenyum akan melihat konteks secara lebih utuh dibandingkan yang tidak,” katanya.

Keempat, selera humor juga membuat resiliensi (resilience) seseorang semakin baik atau ‘tahan banting.’ Humor akan membuat seseorang lebih mudah bangkit dari keterpurukan. Sebuah studi menemukan bahwa orang yang tertawa lepas secara ikhlas ketika menceritakan orang-orang terkasihnya mempunyai 80% lebih sedikit kemarahan dan 35% lebih sedikit stres, dibandingkan dengan mereka yang tertawanya tidak ikhlas atau tidak tertawa sama sekali.

Menurut Fathul, tertawa juga terbukti meningkatkan aliran darah dan relaksasi otot. Orang yang suka humor mempunyai risiko kematian dari serangan jantung dan infeksi yang lebih rendah. “Ujungnya, orang yang suka tersenyum sebagai tanda perasaan bahagia ternyata lebih panjang umurnya selama tujuh tahun dibandingkan dengan mereka yang suka marah,” katanya. (*)