Menristekdikti : 10 Tahun Lagi Indonesia Swasembada Daging

Menristekdikti Moh Nasir didampingi Ali Agus memberi keterangan pers di Klaten, Jawa Tengah, Selasa (31/1/2017)

KLATEN — Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir memprediksikan 10 tahun mendatang, Indonesia dapat mewujudkan swasembada pangan. Prediksi ini bisa terwujud bila perguruan tinggi dapat mendukung target ini melalui penerapan hasil-hasil riset di bidang pertanian maupun peternakan.

Mohammad Nasir mengemukakan hal itu saat melakukan kunjungan kerja ke peternakan PT Widodo Makmur Perkasa di Klaten, Selasa (31/1/2017). “Hasil riset tidak cukup riset hanya disimpan di perpustakan, tapi harus bisa diterapkan di masyarakat,” kata Nasir.

Bacaan Lainnya

Dalam kesempatan tersebut, Nasir melihat perbaikan genetika dari sapi yang dikembangbiakkan di peternakan binaan Fakultas Peternakan UGM. Ia memberikan apresiasi terhadap UGM atas upaya swasembada di bidang peternakan dengan membangun Center of Excellence yang mampu memproduksi bibit sapi unggul.

“Pemerintah mendukung penuh inisiasi yang dilakukan oleh UGM dengan PT Widodo Makmur Perkasa. Saya optimis, swasembada daging diperkirakan 10 tahun ke depan bisa dilaksanakan,” kata Nasir.

Ia mendorong para peneliti di perguruan tinggi lain untuk turut mengembangkan inovasi dalam bidang peternakan untuk menyediakan bibit-bibit ternak unggul yang berkualitas dan bernilai jual tinggi. Untuk ternak sapi, misalnya, ia mengharapkan dapat dihasilkan sapi unggul yang bisa mencapai berat 500 – 600 kilogram pada usia dua tahun.

Produksi bibit sapi unggul ini diinisiasi UGM bersama PT Widodo Makmur Perkasa dan University of Liege Belgia. Program ini mampu menghasilkan ternak sapi dengan pertumbuhan cepat serta memiliki daging yang padat dan empuk.

Saat ini telah lahir 12 ekor sapi unggul generasi pertama persilangan Belgian Blue Cattle dengan sapi Brahman. Sapi generasi pertama keturunan Belgian Blue ini kemudian akan dikawinkan dengan generasi pertama keturunan Brahman dengan pejantan sapi Wagyu. Hasil ketiga keturunan inilah yang nantinya akan dinamakan Lembu Gama sebagai breed composit.

“Keunggulan breed composit ini diharapkan akan lahir sapi-sapi yang adaptif dan produktif pada kondisi iklim tropik basah dari darah tetuanya yaitu sapi Brahman, kemudian memiliki daging yang empuk dari wagyu dan otot dobel dari Belgian Blue,” jelas Prof Dr Ir Ali Agus DAA DEA, Dekan Fakultas Peternakan UGM.

Bibit sapi unggul ini, kata Ali Agus, dapat dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia untuk meningkatkan produksi daging sapi nasional. Karakter sapi Gama yang dihasilkan melalui persilangan ini diharapkan dapat membantu mencukupi kebutuhan daging sapi di masa yang akan mendatang. “Secara ringkas, kami berharap Lembu Gama akan menjadi produsen daging sapi dengan kualitas prima,” kata Ali.

Selain mengembangkan program breeding Lembu Gama, Fakultas Peternakan juga memiliki aktivitas Bengkel Ternak. Bengkel ini dapat memperbaiki ternak yang mengalami malnutrisi dengan intervensi teknologi pakan agar kembali menjadi sapi yang normal dan tumbuh bagus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *