Dosen UII dan UNU : Digital Marketing Peluang Besar Pemasaran Batik Tulis

Digital Marketing
Pemateri dan peserta pelatinan Digital Marketing di 'Batik Tulis Kebon Indah' Klaren. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Berdasarkan data pengguna internet semenjak pandemi melonjak hingga 77 % dari total penduduk dan 35% dari jumlah pengguna ini aktif pada Whatsapp platform. Sedang tahun 2022 ada dana sekitar Rp 401 triliun yang beredar melalui e-commerce.

Demikian diungkapkan Ir Muchammad Sugarindra ST MT IPM, Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) dan Rifqi Syarif Nasrulloh SE MM, Dosen Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Yogyakarta. Mereka mengungkapkan hal tersebut saat memberikan pelatihan digital marketing kepada ibu-ibu pembatik tulis Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (28/10/2023).

Bacaan Lainnya

Selain kedua nara sumber tersebut, pelatihan juga diisi oleh Dimas Eka Jalapputra SKom, MKom, Manajer Inkubasi Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama (IBISMA) UII. Mereka dibantu dua mahasiswa dari FTI UII dan UNU Yogyakarta.

“Data tersebut menjadi potensi untuk kita optimalkan media ini ke berbagai platform. Selain itu, peredaraan dana yang besar di e-commerce menunjukan e-commerce masih menjadi  media yang potensial untuk di kembangkan,” kata Sugarindra dan Nasrulloh.

Sugarinda menjelaskan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini mengangkat judul ‘Pelatihan Digital Marketing Membuka Peluang Baru untuk Batik Tulis Kebon Indah di Kabupaten Klaten.’ Pelatihan dilaksanakan di lokasi produksi ‘Batik Tulis Kebon Indah’ di Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pelatihan meliputi teori dasar mengenai digital marketing hingga pemanfaatan dan optimalisasi WhatsApp bisnis.

Sugarindra saat menyampaikan materi pelatihan digital marketing. (foto : istimewa)

Menurut Sugarindra industri batik tulis merupakan aset budaya yang perlu dijaga dan dikembangkan secara berkelanjutan. Meskipun batik diproduksi masyarakat lokal, seperti ibu-ibu rumah tangga, semangat dan antusiasme mereka untuk belajar dan berkembang sangat tinggi. 

Hal ini, kata Sugarindra, ditunjukan dari berbagai pelatihan yang pernah diikuti masyarakat terkait teknis membatik dan teknik perhitungan ekonomi bisnis pada produk bersama mentor-mentor dari International Organization Migration (IOM) sebelumnya.

Batik tulis merupakan salah satu jenis batik yang eksklusif karena pembuatanya yang harus dilakukan secara manual dan memerlukan keterampilan tinggi.  Selain itu motif batif dengan tema alam pada produk batik yang diproduksi oleh masyarakat ini menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri bagi konsumen.

“Melihat potensi yang ada, kegiatan pelatihan digital marketing ini menjadi langkah penting untuk memungkinkan pelaku UKM (Usaha Kecil Menengah) batik tulis memasarkan produk mereka secara lebih efektif,” kata Sugarindra.

Kegiatan, tambah Sugarindra, dimulai dengan pemberian teori dasar mengenai digital marketing dilanjutkan dengan pemberian materi tentang pemanfaatan dan optimalisasi WhatsApp bisnis untuk menunjang digital marketing dalam penjualan batik tulis.

“Kedepan untuk menunjang digital marketing ini perlu diadakan pelatihan fotografi, agar foto yang tampil di e-commerce menarik perhatian, usul dari para peserta,” kata Sugarindra.

Pelatihan digital marketing, kata Sugarindra, sebagai langkah awal untuk mengakselerasi perkembangan industri batik tulis di daerah. “Diharapkan, pelatihan ini akan membuka peluang baru dan membantu para pelaku usaha untuk menghadapi tantangan persaingan dan pemasaran di era digital yang semakin berkembang,” harap Sugarindra.

Sedang Rifqi Syarif Nasrulloh menyampaikan informasi tahun 2022 ada dana sekitar Rp 401 triliun yang beredar melalui e-commerce. Hal ini menunjukan e-commerce masih menjadi  media yang potensial untuk di kembangkan. 

Sementara Dalmini, Ketua Peguyuban Pengrajin Batik Tulis Kebon Indah Klaten mengatakan pelatihan ini sangat menarik dan dibutuhkan anggota kelompoknya. “Semua sudah beralih ke digital, namun kami belum bisa mengoptimalkan media ini untuk memasarkan produk kami. Sebagian sudah memanfaatkan namun hanya sebatas promosi dan belum dikelola dengan baik,” kata Dalmini. (*)