Dosen Teknik Mesin UII Ciptakan KrinKen, Alat Bantu bagi Lansia

Irfan Aditya Dharma menjelaskan tentang cara kerja KrinKen kepada wartawan di Ruang Laboratorium Konversi Energi, Lantai 1 Gedung Laboratorium FTI UII, Rabu (3/9/2025). (foto : heri purwata)
Irfan Aditya Dharma menjelaskan tentang cara kerja KrinKen kepada wartawan di Ruang Laboratorium Konversi Energi, Lantai 1 Gedung Laboratorium FTI UII, Rabu (3/9/2025). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Dua Dosen Program Studi (Prodi) Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) Yogyakarta ciptakan KrinKen, alat pemberitahuan dini bagi lanjut usia (Lansia) dan difabel. Krinken dirancang untuk membantu Lansia, difabel, penderita penyakit kronis saat dalam kondisi darurat dan segera membutuhkan pertolongan yang berada di rumah sendirian.

Kedua dosen adalah Irfan Aditya Dharma, ST, MEng, PhD, Dosen Program Studi Teknik Mesin FTI UII dan Ir Donny Suryawan, ST, MEng, IPP, Dosen Program Studi Teknik Mesin FTI UII. Krinken terdiri dari dua perangkat yaitu sebuah tombol pengirim (transmitter) dan penerima (receiver). Tombol transmitter ini bisa mengirim signal ke receiver dengan jarak 25 meter.

Bacaan Lainnya

“KrinKen mengutamakan kesederhanaan, kepraktisan, dan efektivitas,” kata Irfan Aditya Dharma yang didampingi Donny Suryawan kepada wartawan di Ruang Laboratorium Konversi Energi, Lantai 1 Gedung Laboratorium FTI UII, Rabu (3/9/2025).

Lebih lanjut Irfan mengatakan KrinKen merupakan perangkat pemberitahuan dini berbasis komunikasi radio dengan jangkauan 25 meter. Alat ini didesain untuk membantu Lansia, difabel, maupun penderita penyakit kronis dalam meminta pertolongan darurat.

Cara kerjanya, jelas Irfan, tombol transmitter selalu didekat jangkauan Lansia, difabel atau penderita penyakit kronis. Tombol transmitter bisa dikalungkan pada leher Lansia, difabel atau penderita penyakit kronis. Bila Lansia, difabel atau penderita penyakit kronis membutuhkan bantuan, menekan tombol transmitter.

“Kemudian sinyal dikirim ke penerima dan memunculkan isyarat berupa dering bel atau bunyi Kring yang menandakan adanya permintaan tolong. Bunyi Kring ini tidak akan mati sebelum ada penolong yang mematikan bel tersebut. Mekanisme yang praktis ini membuat KrinKen mudah digunakan oleh siapa pun, bahkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan gerak,” jelas Irfan.

Irfan mengatakan inovasi ini terinspirasi banyaknya kasus keterlambatan penanganan medis saat permintaan bantuan tidak tersampaikan dengan cepat. Situasi seperti ini sering menimpa Lansia yang tinggal sendiri, penderita penyakit kronis, atau difabel yang kesulitan berteriak atau bergerak untuk mencari pertolongan. “Keterlambatan hanya dalam hitungan menit bisa berakibat fatal, sehingga keberadaan sistem pemberitahuan dini menjadi sangat krusial,” kata Irfan.

KrinKen dalam box kemasan, tombol transmitter dengan gantungannya dan receiver. (foto : heri purwata)
KrinKen dalam box kemasan, tombol transmitter dengan gantungannya dan receiver. (foto : heri purwata)

KrinKen didesain sangat sederhana dan ini untuk menjawab kebutuhan akan perangkat darurat yang terjangkau, praktis, dan efektif. “Tidak seperti perangkat sejenis yang membutuhkan instalasi rumit atau berbasis internet, KrinKen tidak memerlukan jaringan kabel maupun koneksi WiFi. Cukup dengan tenaga baterai, alat ini dapat digunakan secara mandiri di rumah. Hal ini menjadikannya solusi tepat guna bagi masyarakat luas, terutama di wilayah yang akses teknologinya terbatas,” kata Irfan.

Menurut Irfan, KrinKen tidak hanya bermanfaat di lingkungan rumah tangga. Alat ini juga dapat diimplementasikan di fasilitas umum seperti panti jompo, klinik, rumah sakit kecil, hingga tempat tinggal kos atau apartemen yang dihuni Lansia. Dengan jangkauan yang memadai, KrinKen membantu memastikan setiap permintaan bantuan tersampaikan dengan cepat kepada keluarga, pengasuh, maupun tenaga medis terdekat.

Irfan menambahkan selain fungsi utamanya sebagai perangkat darurat, KrinKen membawa pesan penting tentang kepedulian sosial. Alat ini hadir sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup kelompok rentan, agar mereka merasa lebih aman, mandiri, dan tidak terisolasi. Di sisi lain, keluarga dan pengasuh mendapatkan rasa tenang karena adanya sistem sederhana yang siap memberikan tanda saat orang tercinta membutuhkan pertolongan segera.

Kehadiran KrinKen, kata Irfan, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan inovasi teknologi berbasis kemanusiaan. Di tengah perkembangan teknologi yang semakin kompleks, KrinKen membuktikan bahwa inovasi tidak selalu harus rumit. Justru, kesederhanaan desain dan kemudahan penggunaan menjadi nilai utama yang membuat alat ini relevan dan mudah diterapkan.

“Dengan KrinKen, diharapkan semakin banyak kasus keterlambatan pertolongan medis dapat dicegah. Keselamatan dan kenyamanan lansia maupun difabel kini lebih terjamin, sekaligus membuka jalan bagi terciptanya ekosistem hunian yang lebih ramah bagi semua kalangan,” harap Irfan Aditya Dharma dan Donny Suryawan.

Irfan mengatakan KrinKen ini bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan pengguna. Misalnya, dibuat dilengkapi dengan dua tombol transmitter. Kemudian receiver bisa ditempatkan di rumah tetangga sebelah (anak atau keluarga) yang banyak orang dan masih dalam radius 25 meter.

“KrinKen sudah terjual 40 unit, dengan harga yang sangat terjangkau hanya Rp 125.000. Kita juga melayani modifikasi KrinKen sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pengguna,” kata Irfan Aditya Dharma. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *