Dosen Harus Jadi Pendidik Profesional

YOGYAKARTA — Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti), Prof H Mohamad Nasir PhD Ak, menandaskan pada masa lalu dosen lebih banyak fokus hanya pada pengajaran. Namun saat ini, paradigma tersebut harus diubah menjadi pendidik yang profesional sekaligus menjadi seorang ilmuwan yang mampu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mohammad Nasir mengemukakan hal itu ketika memberikan arahan kepada para penerima Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI) di Grha Sabha Pramana UGM Yogyakarta, Jumat (7/10/2016). Saat ini, Kemenristek Dikti bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) berupaya meningkatkan kualifikasi dan kompetensi dosen melalui BUDI.

Dijelaskan Nasir, peningkatkan kualitas pendidikan tinggi mendesak dilakukan agar Indonesia tidak tersingkir dan termarjinalkan dalam persaingan global. Jika dibandingkan dengan Cina, Indonesia memiliki jumlah perguruan tinggi yang jauh lebih banyak. Meski demikian, secara kualitas, perguruan tinggi di Indonesia masih kalah unggul dibandingkan dengan Cina.

“Di Indonesia jumlah penduduknya 255 juta, dan kita memiliki 4.350 perguruan tinggi. Kalau dikomparasi dengan Cina yang jumlah penduduknya 1,4 milyar, mereka hanya punya 2.824 perguruan tinggi. Tapi 10 dari perguruan tinggi mereka bisa masuk ke dalam peringkat 500 universitas terbaik di dunia,” kata Nasir.

Ada dua hal yang menjadi tantangan bagi pengembangan perguruan tinggi di Indonesia, yaitu inefisiensi dan inefektivitas proses pembelajaran. Karena itu, ia berharap kepada para penerima beasiswa untuk dapat menjadi penggerak kemajuan pendidikan di Indonesia.

“Dengan pemberian beasiswa ini kami menuntut para mahasiswa untuk terus meningkatkan mutu. Ini yang harus didorong agar pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. Dengan mutu yang baik, kita bisa meningkatkan index persaingan global,” tandas Nasir.

Sedang Rektor UGM, Prof Ir Dwikorita Karnawati MSc, PhD menyambut baik program beasiswa Kemristekdikti bersama LPDP. Ini selaras dengan keinginan UGM untuk memperbanyak jumlah mahasiswa pascasarjana yang menjadi tulang punggung pendidikan di UGM.

“Kita semua sudah satu hati, bertekad untuk sama-sama memajukan negara untuk bisa lebih tangguh dalam bersaing, terutama melalui SDM yang unggul dan pengembangan IPTEK. Beasiswa BUDI dapat semakin mempercepat ketangguhan pendidikan pascasarjana di berbagai universitas di Indonesia,” kata Dwikorita.

Sementara Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kemristekdikti, Prof dr Ali Ghufron Mukti MSc PhD mengatakan tahun ini BUDI diberikan kepada 2.087 mahasiswa. Mereka melanjutkan studi di 50 perguruan tinggi negeri (PTN) dan sembilan perguruan tinggi swasta (PTS) di seluruh Indonesia. Sebanyak 208 mahasiswa penerima BUDI melanjutkan studi di UGM.

“Tahun ini yang mendaftar ada 9.257 orang, tetapi yang diterima hanya 2.087. Dari berbagai perguruan tinggi yang dipilih oleh para pelamar, UGM mendapat 208 mahasiswa, yang tertinggi bukan hanya di regional tetapi juga secara nasional,” ujar Ali Gufron.

Penulis : Heri Purwata

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *