Cilacs UII Gelar Festival Budaya “East Meets West”

Fitri Nugraheni saat memberikan sambutan pada pembukaan Cilacs Cultural Festival di Yogyakarta, Rabu (13/12/2017). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA — Center for International Language and Cultural Studies (Cilacs) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar festival budaya “East Meets West” di Kampus UII Yogyakarta, Rabu (13/12/2017). Festival ini menampilkan tujuh kebudayaan dari Korea Selatan, Jepang, Cina, Arab Saudi, Indonesia, Perancis, dan Jerman.

Dijelaskan Direktur Cilacs UII, Fitri Nugraheni PhD, Cilacs merupakan unit pelatihan bahasa dan kajian budaya. Namun selama ini lebih banyak pelatihan bahasa ketimbang kajian budayanya. Karena itu, festival budaya ini merupakan salah satu implementasi kajian budaya yang ditujukan kepada siswa SMA, mahasiswa dan masyarakat.

Bacaan Lainnya

“Program ini dimaksudkan untuk memperkenalkan budaya-budaya dari negara lan untuk memperkaya pengetuhan dan wawasan para peserta. Budaya yang diperkenalkan budaya dari negara timur dan barat. Sehingga diusung tema ‘East Meets West’,” kata Fitri kepada wartawan di Yogyakarta, Rabu (13/12/2017).

Tari Sufi dari Arab Saudi menjadi salah satu pertunjukan pada Cilacs Cultural Festival 2017. (foto : heri purwata)

Bentuk kegiatannya, lanjut Fitri, talkshow, performances, peragaan busana, dan sejumlah stand. Talkshow dibagi dua sesi yang diisi Australia-Indonesia Youth Association (AIYA) dengan topik ‘Culture ini Australia.’ Sedang sesi kedua, diisi Yono Malakiano dengan topik ‘Culture Gap in South-East Countries.’

Sedang performance bertujuan untuk memperkenalkan seni budaya dari sejumlah negara. Pertunjukkan ini menampilkan tari sufi (Arab Saudi), beladiri samurai (Jepang), dan seni bela diri pencak silat (Indonesia).

Peragaan busana, kata Fitri, bertujuan untuk memperkenalkan busana khas dari negara lain beserta tata cara mengenakannya. Selain itu, juga dipaparkan tentang sejarah busana tersebut. Ada dua peragaan busana yaitu Kimono/Yukata (Jepang) dan Hanbok (Korea Selatan).

 

Makanan Mandarin, salah satu stand yang ditampilkan pada Cilacs Cultural Festival 2017. (foto : heri purwata)

Sedang stand, ujar Fitri, memperkenalkan berbagai makanan khas dari sejumlah negara dan proses pembuatannya. Ada delapan stand kuliner yaitu es tape ketan, getuk, lumpia (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing/BIPA); teokbokki, kimchi, dan miyeokguk (Korea Selatan); takoyaki dan gyoza (Jepang); yammie, kue keranjang, bakpao (Mandarin); sambosa dan kacang Arab (Arab Saudi); sausage dan mash (Jerman); baguette dan garlic bread (Perancis); dan stand angkringan.

“Selain itu, juga ada stand pendukung dari Aussie Banget Corner UII, American Corner, IDP Jogja, Inspira, Bujinkai, Komunitas Cosplay, Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), dan Bujinkai Kotaro Dojo,” katanya.