YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Analisis Forensika Digital Non-Rooted pada data penerbangan Unmanned Aerial Vechile (UAV) atau drone dan Controller berbasis Android dapat digunakan untuk pengungkapan Bukti Digital. Saat ini, UAV atau drone memiliki karakteristik fleksibilitas, kemampuan terbang rendah, dan kemudahan pengoperasian, namun juga menimbulkan potensi penyalahgunaan seperti pelanggaran batas wilayah udara tanpa izin.
Itulah hasil penelitian tesis yang dilakukan Muhammad Yusuf Halim, alumni Program Studi (Prodi) Magister Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) Yogyakarta kepada wartawan secara vitual, Senin (1/9/2025). Tesis Muhammad Yusuf Halim mengangkat judul ‘Analisis Forensika Digital Non-Rooted pada Data Penerbangan Unmanned Aerial Vechile (UAV) dan Controller Berbasis Android untuk Pengungkapan Bukti Digital.’
Muhammad Yusuf Halim menjelaskan penelitian ini disimulasikan pada kasus seorang petugas operator yang menerbangkan UAV di luar batas wilayah tambang tanpa otorisasi. “Studi ini bertujuan untuk melakukan akuisisi dan analisis forensik digital terhadap UAV DJI Mini 3 dan controller DJI RC-N1 yang terhubung ke smartphone Android, guna memperoleh artefak digital yang dapat digunakan sebagai pengungkapan bukti digital,” kata Muhammad Yusuf Halim.
Drone yang digunakan perusahaan tambang digunakan untuk survei kedalaman kandungan batu bara. Karena itu, jika melanggar wilayah bisa menimbulkan ketegangan dan sengketa antar perusahaan tambang.
Lebih lanjut Muhammad Yusuf Halim mengatakan, penelitian ini menggunakan framework DRF Field dengan metode statis dan dinamis pada UAV, serta metode fisik dan logis pada smartphone tanpa proses rooting. “Hasil menunjukkan bahwa akuisisi dinamis menghasilkan artefak yang lebih lengkap, termasuk metadata EXIF yang berisi informasi lintang, bujur, dan ketinggian,” kata Muhammad Yusuf Halim yang didampingi dosen pembimbingnya, Dr Ahmad Luthfi, Manajer Akademik Keilmuan Prodi Magister Informatika FTI UII.
Kata Muhammad Yusuf Halim, meskipun log penerbangan tidak ditemukan pada UAV atau Drone, artefak tersebut berhasil diperoleh dari smartphone melalui identifikasi paket aplikasi DJI Fly (dji.go.v5). Artefak log ini kemudian dikonversi ke format .kmz dan divisualisasikan menggunakan Google Earth untuk mengonfirmasi pelanggaran batas wilayah udara.
Temuan utama penelitian ini menunjukkan bahwa metode non-root berhasil mengidentifikasi artefak digital penting seperti metadata EXIF berisi koordinat dan ketinggian dari foto UAV, serial number perangkat, serta log penerbangan yang diperoleh melalui aplikasi DJI Fly di smartphone Android. “Pendekatan non-root berhasil menghasilkan artefak digital yang sebanding dengan perangkat yang diroot, menunjukkan bahwa akuisisi tanpa rooting tetap efektif dalam investigasi forensik,” kata Muhammad Yusuf Halim.
Halim menambahkan penelitian ini mendapat dana hibah dari Kementerian Pendidikan Tinggi Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) tahun 2024. “Saya bersama dosen pembimbing, mengajukan proposal tesis untuk mendapatkan dana hibah. Alhamdulillah kami dapat dana hibah untuk penelitian ini. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Di sana banyak sekali pertambangan batubara,” kata Halim.
Halim mengatakan riset untuk menyusun tesis ini membutuhkan uang banyak. Namun hasilnya, bisa menelorkan dua publikasi di jurnal bereputasi. Satu publikasi telah terbit, sedang satu lainnya masih dalam proses penerbitan.
Selain itu, hasil penelitiannya juga diikutkan kompetisi internasional di Innovation and Design Competition (INDES) 2025 di Kampus Universiti Technologi MARA (UiTM) Malaysia. “Kami mendapatkan Silver Medal,” kata Halim. (*)