YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Kesehatan Populasi tidak bisa dipandang hanya menggunakan lensa medika saja. Namun juga perlu dipahami aspek penting lain yang ada di sekitar masyarakat seperti lingkungan, faktor ekonomi, dan budaya. Kesehatan Populasi memiliki hubungan kuat antara keilmuan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Prof Dr dr Mubasysyir Hasan Basri, MA mengemukakan hal tersebut pada pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Bidang Kesehatan Populasi, di Balai Senat UGM, Selasa (15/7/2025). Prof Mubasysyir menyampaikan pidato pengukuhan berjudul ‘Mencari Lensa dan Solusi Kelembagaan untuk Memajukan Kesehatan Masyarakat di Indonesia.’
Mubasysyir menjelaskan pendekatan Population Health atau Kesehatan Populasi mengajak warga masyarakat berpikir dari satu lingkungan ke lingkungan lainnya dari tempat tinggal, sekolah, hingga tempat kerja. Mubasysyir menyayangkan masig lemahnya sistem tata kelola yang masih bergantung pada pendekatan proyek.
“Bahkan fungsi manajerial sering disatukan dengan tugas-tugas teknis operasional. Karena itu, diperlukan seseorang dengan latar belakang keilmuan kesehatan dengan kemampuan pengelolaan manajerial dan pengelolaan organisasi yang baik,” kata Mubasysyir.
Pendekatan berbasis kontrak manajemen dengan indikator kinerja yang terukur dan mekanisme akuntabilitas lintas sektor sangat diperlukan. Psalnya, keberhasilan transformasi kesehatan sangat bergantung pada perubahan cara organisasi publik memahami dan menjalankan tanggung jawabnya.
Saat ini, kata Mubasysyir, persoalan kesehatan yang dihadapi Indonesia di antaranya, stunting, tuberkulosis, dan diabetes. Selain itu, faktor lingkungan sosial, aksesibilitas terhadap air dan udara bersih, sumber pangan bergizi, dan pola hidup sangat berpengaruh bagi Kesehatan Populasi. “Sayangnya faktor-faktor lingkungan tersebut justru dikelola oleh organisasi di luar sektor kesehatan,” tandas Mubasysyir.
Mubasysyir berharap pemerintah memiliki perhatian lebih untuk memberikan perspektif yang lebih luas terhadap sektor kesehatan nasional. Setidaknya terdapat empat hal yang diusulkan, yakni penentuan pengelola di tingkat daerah, mekanisme dan fleksibilitas pengelolaan antar sektor, kecepatan respons sistem informasi, dan sistem deteksi penyakit di masyarakat desa.
Sementara Rektor UGM, Prof Ova Emilia mengatakan Prof Mubasysyir merupakan salah satu dari 530 guru besar aktif UGM dan satu dari 75 dari 103 guru besar yang dimiliki FK-KMK UGM. “Kami ucapkan selamat kepada Prof Mubasysyir dan semoga dapat bermanfaat serta berkontribusi bagi keilmuan serta masyarakat,” kata Ova Emilia. (*)