Mahasiswa MTI UII Dilatih Membaca Persepsi Publik dengan ‘Drone Emprit’

Ismail Fahmi saat memberikan Kuliah Umum kepada mahasiswa Magister Teknik Industri FTI UII. (foto : istimewa)
Ismail Fahmi saat memberikan Kuliah Umum kepada mahasiswa Magister Teknik Industri FTI UII. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) dilatih membaca persepsi publik di dunia maya dengan Drone Emprit. Pelatihan ini dikemas dalam Kuliah Umum dengan tema ‘Drone Emprit: Membaca Persepsi Publik untuk Industri Manufaktur.’

Kuliah Umum menghadirkan Ismail Fahmi, PhD, Founder Drone Emprit dan PT Media Kernels Indonesia serta Dosen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Kuliah Umum ini dimoderatori Atyanti Dyah Prabaswari, ST, MSc, Manajer Akademik keilmuan MTI UII.

Bacaan Lainnya

Ketua Program Studi Magister Teknik Industri FTI UII, Ir Winda Nur Cahyo, ST, MT, PhD, IPM, ASEAN Eng, APEC Eng mengatakan Kuliah Umum ini sebagai bagian dari upaya memperluas wawasan akademik dan praktis mahasiswa dalam menghadapi dinamika perkembangan ilmu dan teknologi di bidang teknik industri. Tujuannya untuk menghadirkan perspektif terbaru dari para pakar dan praktisi, sehingga mahasiswa dapat memahami tantangan dan peluang di dunia industri secara lebih komprehensif.

“Melalui Kuliah Umum ini, mahasiswa diharapkan mampu mengintegrasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan pengalaman nyata di lapangan. Selain itu, menumbuhkan kemampuan analisis, inovasi, dan pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai keislaman dan etika profesional,” kata Winda Nur Cahyo, Kamis (7/8/2025).

Menurut Winda, penggunakan Drone Emprit bertujuan memperkenalkan bagaimana pemanfaatan teknologi big data dapat membantu pelaku industri memahami opini dan persepsi publik secara lebih akurat. “Melalui analisis data media sosial dan pemberitaan daring, Drone Emprit menjadi alat strategis untuk mengidentifikasi isu, tren, serta tantangan yang dihadapi sektor manufaktur,” kata Winda.

Sementara Ismail Fahmi menjelaskan industri manufaktur Indonesia menjadi pilar utama ekonomi nasional, mendukung Produk Domestik Bruto (PDB), ekspor, dan penyerapan tenaga kerja. Namun, saat ini, industri manufaktur sedang menghadapi tantangan besar, di antaranya, ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal, persaingan dengan produk impor, ketidakpastian geopolitik, dan kesenjangan keterampilan tenaga kerja.

PHK massal, kata Fahmi, mengemuka di sektor tekstil dan otomotif akibat penurunan daya beli dan tekanan impor. Kebijakan pemerintah, seperti relaksasi impor dan negosiasi tarif, menuai pro-kontra. Kritik terhadap kebijakan yang merugikan industri lokal muncul.

Ismail Fahmi mengungkapkan menanggapi masalah tersebut banyak bermunculan pendapat yang di media sosial (Medsos). Di antaranya, publik mengkhawatir akan minimnya lapangan kerja. Pelaku industri beradaptasi melalui inovasi, sementara asosiasi industri mendukung langkah pemerintah. Sedang pengamat menyoroti keterbelakangan inovasi Indonesia dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam. Ketidakpastian global makin memperumit situasi, menuntut strategi jangka panjang.

Fenomena tersebut, menurut Ismail Fahmi, bisa memunculkan ide untuk membuat penelitian untuk tesis. “Pertanyaan penelitian: Apa saja isu-isu yang muncul terkait industri manufaktur? Bagaimana tren pembahasan tentang industri manufaktur? Bagaimana sikap dan pandangan para stakeholder terhadap industri manufaktur? Bagaimana peta percakapannya di media sosial? Source: Twitter (X) dan Media Online,” kata Ismail Fahmi.

Top isu yang muncul di media sosial, kata Fahmi, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Massal; Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik; Pertumbuhan Ekonomi dan Hilirisasi; Kejanggalan Data Pertumbuhan Ekonomi; Isu Keberlanjutan dan Inovasi; dan Reformasi Sistem Pengupahan.

“Isu tentang Industri Manufaktur diberitakan dalam 6.805 artikel dan 10.358 mentions, dan dibicarakan di media sosial sebanyak 836 mentions. Sentimen isu ini (1 Juli s.d. 6 Agustus 2025) terhadap Industri Manufaktur: Media Online: positif 89%, negatif 1%, netral 10% dan Media Sosial: positif 53%, negatif 33%, netral 13%,” kata Fahmi. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *