Six Sigma, Metodologi Manajemen untuk Minimalisir Kesalahan

Dari kiri ke kanan : Agus Mansur, Dicky Suryapranatha dan Nur Ihwan Safutra saat menyampaikan materi Kuliah Umum. (foto : istimewa)
Dari kiri ke kanan : Agus Mansur, Dicky Suryapranatha dan Nur Ihwan Safutra saat menyampaikan materi Kuliah Umum. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NETSix Sigma merupakan metodologi manajemen kualitas yang berfokus pada pengendalian proses secara terukur dan sistematis untuk mencapai hasil yang konsisten dan minim kesalahan. Pendekatan ini dirancang untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menghilangkan penyebab cacat dalam proses bisnis, sehingga kualitas produk atau layanan dapat ditingkatkan secara signifikan.

Demikian diungkapkapkan Dr Ir Agus Mansur, ST, M Eng Sc, IPU, Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (UII) pada Kuliah Umum bertema ‘Implementasi Six Sigma untuk Pengendalian Kualitas yang Efektif,’ secara virtual, Sabtu (12/7/2025). Selain Agus Mansur, Kuliah Umum juga disampaikan Ir Winda Nur Cahyo, ST, MT, PhD, IPM, ASEAN Eng, APEC Eng, Ketua Program Studi Magister Teknik Industri UII; dan Dr (cand) Dicky Suryapranatha, ST, MT, Dosen Teknik Industri Universitas Buana Perjuangan Karawang, Jawa Barat.

Bacaan Lainnya

“Dengan menggabungkan prinsip-prinsip manajemen yang terstruktur dan disiplin penggunaan alat statistik, Six Sigma membantu organisasi mencapai tingkat kinerja yang optimal sekaligus mengurangi biaya akibat kegagalan atau pemborosan,” tandas Agus Masur.

Lebih lanjut Agus Mansur menjelaskan implementasi Six Sigma dilakukan melalui tahapan yang jelas. Di antaranya, Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC), yang memastikan setiap langkah perbaikan didukung oleh data yang valid dan analisis yang tepat.

“Dengan pendekatan berbasis data, perusahaan dapat memahami akar permasalahan secara mendalam, merancang solusi yang efektif, dan menjaga konsistensi hasil perbaikan dalam jangka panjang. Melalui penerapan Six Sigma, organisasi tidak hanya meningkatkan kualitas, tetapi juga membangun budaya kerja yang berorientasi pada keunggulan, efisiensi, dan kepuasan pelanggan,” kata Agus.

Agus Mansur mencontohkan implementasi Six Sigma untuk Pengendalian Kualitas yang Efektif pada Industri Manufaktur Obat. Langkah pertama, menemukan permasalahan. Sebuah perusahaan manufaktur obat menghadapi tingginya tingkat cacat pada proses produksi kapsul, terutama terkait ketidaktepatan berat isi dan ketidakkonsistenan bentuk kapsul.

Kondisi ini menyebabkan banyak produk tidak lolos uji mutu internal, meningkatnya biaya produksi akibat rework, serta risiko keterlambatan distribusi. Tingkat cacat yang tercatat mencapai 5%, jauh di atas standar industri yang ditetapkan hanya 0,5%.

Langkah kedua, penyelesaian. Perusahaan menerapkan metodologi Six Sigma dengan pendekatan DMAIC. Define adalah menetapkan masalah utama yaitu variasi berat dan bentuk kapsul, serta mengidentifikasi pelanggan internal dan eksternal yang terdampak.

Kemudian Measure adalah mengumpulkan data dari lini produksi untuk mengetahui persentase cacat, sumber variasi, dan frekuensi terjadinya. Selanjutnya, Analyze menggunakan alat statistik seperti cause-and-effect diagram dan process capability analysis untuk menemukan akar penyebab, misalnya kalibrasi mesin pengisi kapsul yang tidak konsisten dan kelembapan ruang produksi yang tidak terkontrol.

Berikutnya, Improve dengan melakukan perbaikan dengan mengatur ulang jadwal kalibrasi mesin, memperbarui SOP pengendalian kelembapan, serta melatih operator tentang teknik inspeksi kualitas. Terakhir, Control yaitu menerapkan control chart untuk memantau proses secara real-time dan memastikan perubahan yang dilakukan tetap konsisten.

Langkah ketiga, hasil. Setelah enam bulan penerapan Six Sigma, tingkat cacat produksi kapsul berhasil turun dari 5% menjadi 0,4%, melampaui target kualitas perusahaan. Biaya rework berkurang hingga 70%, kapasitas produksi meningkat 12%, dan waktu distribusi menjadi lebih tepat waktu. “Selain itu, perusahaan mendapatkan peningkatan kepercayaan dari klien dan sertifikasi tambahan dari lembaga pengawas obat karena proses produksinya terbukti memenuhi standar mutu yang lebih ketat,” kata Agus.

Sedang Dicky Suryapranatha membahas tentang manfaat Lean Six Sigma. Metode Lean Six Sigma adalah menggabungkan prinsip Lean yang berfokus pada pengurangan pemborosan dengan metode Six Sigma yang menekankan pengendalian variasi dan peningkatan kualitas berbasis data.

Penerapan Lean Six Sigma memberikan berbagai manfaat strategis bagi organisasi. Di antaranya, pertama, peningkatan kualitas produk dan layanan. Hal ini bisa mengurangi cacat dan kesalahan sehingga hasil akhir lebih konsisten dan sesuai standar.

Kedua, efisiensi proses. Menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah, mempercepat alur kerja, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Ketiga, penghematan biaya. Mengurangi biaya akibat rework, scrap, atau downtime, sehingga meningkatkan profitabilitas.

Keempat, peningkatan kepuasan pelanggan. Memberikan produk dan layanan yang lebih cepat, tepat, dan sesuai kebutuhan pelanggan. Kelima, pengambilan keputusan berbasis data. Memanfaatkan analisis statistik dan data aktual untuk menentukan solusi yang efektif.

Keenam, peningkatan kapasitas produksi. Proses produksi yang lebih efisien memungkinkan peningkatan output tanpa penambahan sumber daya besar. Ketujuh, budaya perbaikan berkelanjutan. Mendorong keterlibatan karyawan dalam inovasi dan perbaikan proses secara terus-menerus.

Implementasi Six Sigma, kata Dicky, terbukti menjadi pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi proses secara berkelanjutan. Dengan metode terstruktur seperti DMAIC dan dukungan analisis berbasis data, organisasi dapat mengidentifikasi akar masalah, mengurangi variasi, serta menghilangkan cacat pada produk atau layanan.

“Hasilnya tidak hanya berupa peningkatan mutu dan kepuasan pelanggan, tetapi juga penghematan biaya operasional dan peningkatan produktivitas. Lebih dari sekadar metode, Six Sigma membangun budaya kerja yang disiplin, terukur, dan berorientasi pada perbaikan berkelanjutan, sehingga menjadi strategi penting bagi perusahaan yang ingin bersaing di pasar global,” kata Dicky.

Sementara Winda Nur Cahyo, mengatakan Kuliah Umum ini diselenggarakan Magister Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (MTI UII) bekerja sama dengan Program Studi Teknik Industri Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang, Jawa Barat. Kuliah Umum ini sebagai upaya memperkuat pemahaman akademisi dan praktisi mengenai strategi peningkatan kualitas berbasis data.

“Kolaborasi ini bertujuan memberikan wawasan praktis sekaligus teori tentang bagaimana pendekatan Six Sigma dapat diterapkan secara sistematis untuk mengurangi cacat, meningkatkan efisiensi proses, dan memenuhi standar mutu industri, khususnya di sektor manufaktur yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional,” kata Winda. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *